Pages

Thursday, 3 July 2014

Kabar duka di awal Ramadhan

Awal Ramadhan ini menyisakan kesedihan.  Di saat sedang makan sahur di hari pertama puasa, dapat kabar duka meninggalnya Dr. Endang Pujiyati yang sering saya, istri dan anak-anak panggil bude Endang.  Beliau adalah tetangga Indonesia terdekat selama tiga tahun tinggal di Nagasaki.  Ketika pertama kali istri saya hendak berangkat ke Nagasaki, bude Endang lah yang dihubungi dan kemudian banyak membantu persiapan serta adaptasi saat pertama tiba.  Istri saya menceritakan bahwa ketika sampai di Nagasaki, bude sedang hamil tujuh bulan anak terakhirnya (Michiko chan).  Bude sering mengajak jalan-jalan menunjukkan tempat-tempat untuk belanja yang murah, mencari makanan halal, dsb agar lebih mudah beradaptasi.

Ketika saya dan anak-anak datang, kami bertetangga sangat dekat, hanya berjarak 20an meter sehingga tidak heran kami begitu dekat, saling berkunjung, tuker-tukeran masakan, jalan-jalan bersama ketika libur tiba, dsb.  Bahkan ketika saya diminta teman-teman menjadi ketua PPI, bude Endang saya 'paksa' menjadi bendahara, sehingga kami sering berdiskusi bersama tentang ke-PPI-an.

Bude Endang memang punya riwayat penyakit jantung.  Saya  tidak akan melupakan ketika bude harus melaksanakan operasi jantung, operasi yang kedua di Nagasaki setelah sebelumnya operasi pengangkatan 'thymoma' (saya kurang yakin sama namanya), beliau meminta saya dan istri untuk menemani karena Pak hendra, suami bude harus mengantar ketiga anak mereka.  Jadilah, saya dan istri yang menemani dan ikut mendorong tempat tidur bude sebelum masuk ke kamar operasi, kami juga diminta melihat jalannya operasi dari ruang tunggu, hingga yang dilaporkan oleh Dokter yang membedah tentang kemajuan penanganan penyakit pasca operasi.

Keluarga saya dan bude juga memiliki waktu kepulangan yang sama karena sama-sama di wisuda di bulan Maret.  Bedanya saya pulang tanggal 28 Maret, sedangkan bude sekeluarga 1 April, dan sempat jalan-jalan dulu ke Tokyo.  Tetapi kami mengirim barang-barang di kontainer yang sama, sehingga setelah sampai di Indonesia pun kami masih saling berkomunikasi.

Sekitar tanggal 12 Juni terakhir kami berkomunikasi via whatsapp karena bude posting di FBnya sedang di rawat.  Ketika itu bude bilang akan pulang hari Jumat (13 Juni). Banyak hal yang kami bicarakan ketika itu, mulai dari sekolah anak-anak rencana ke depan dll.

Kabar meninggalnya bude tanggal 29 Juni pukul 12.45 dinihari, tepat di tanggal 1 Ramadhan sungguh mengejutkan.  Ketika kami datang melayat kerumahnya (hal yang membuat kami makin sedih karena datang ke rumah bude disaat hanya dapat melihat jasad bude yang telah terbujur kaku), pak hendra cerita tentang penyakit bude setelah pulang ke rumah tanggal 13 Juni itu yang ternyata tak kunjung sembuh hingga Allah memanggilnya.

Manusia punya berjuta rencana, tetapi Allah lah sebaik-baik pembuat rencana. Allah jauh lebih sayang bude. Allah menghentikan seluruh penderitaan bude akibat penyakit yang telah lama dideritanya. Bude adalah seorang ibu yang luar biasa, istri yang sangat penurut, penuntut ilmu yang sabar, tetangga, teman dan saudara yang baik.  Ketika pak hendra membukaan penutup muka di atas wajah jenazah bude, subhanallah, kami melihat senyum di wajah bude.  Semoga Allah mengampuni dosa-dosa bude, memberikan tempat terbaik di sisi-Nya, dan semoga pak Hendra, Sabrina, Naufal dan Michiko diberikan kesabaran dalam menerima ketetapan-Nya ini. Innalillaahi wa innailaihi rajiun.  Selamat jalan Dr. Endang Pujiyati.

No comments:

Post a Comment