Pages

Thursday, 27 September 2012

Harus berpisah

Manusia memang ahlinya dalam membuat rencana, apalagi rencana yang indah-indah.  Tidak terkecuali saya.  Meskipun tahu bahwa kita hanya bisa merencanakan, tapi tidak bisa menentukan, tetap saja ketika yang terjadi tidak sesuai dengan rencana ada perasaan sedih plus kecewa yang datang tidak diundang.

Hari ini saya harus menerima kenyataan bahwa istri dan anak-anak harus kembali ke Indonesia meninggalkan saya sendirian. Entah sampai kapan. Lho? iya memang. Istri saya telah selesai S2 dan diwajibkan kembali ke Indonesia.  Untuk menemani saya yang masih 1.5 tahun lagi disini ternyata bukan hal yang sederhana.

Pagi ini saya mengantar mereka ke bandara Fukuoka.  Obaachan dan guru TK menyempatkan diri datang melepas mereka.  Terlihat perasaan sedih yang tulus dari mereka yang sudah merasa dekat dengan anak-anak. Bergantian mereka memeluk anak-anak sesaat sebelum masuk ke dalam bis yang membawa ke bandara.

Ada hal yang membuat saya miris ketika di bandara.  Fiya tidak mau lepas dari gendongan saya padahal sudah harus masuk ke ruang tunggu.  Setelah dibujuk ibunya, barulah mau lepas, sambil berkata, Abi, mata ashita ne...(Abi, sampai ketemu besok ya).  Sambil setengah bete dan dengan suara tercekat yang saya yakini karena kesedihannya, Chacha bilang, Fiya chan, mata ashita janai yo, mata atode (Fiya, bukan sampai ketemu besok, sampai ketemu nanti).  Setelah memeluk saya, dengan cepat Chacha berjalan tanpa menoleh lagi.

Ketika itulah saya meyaksikan dari balik punggung orang-orang yang saya sayangi berjalan menjauh, melewati pemeriksaan X-ray, lalu menghilang.  Air mata tidak dapat terbendung.  Kapan saya bisa bertemu mereka lagi? sejak mereka lahir, tidak pernah pisah dengan mereka lebih dari seminggu.  Saat ini saya harus menghadapi kenyataan berpisah untuk waktu yang saya sendiri tidak tahu.

Saya tidak dapat beranjak sampai menyaksikan pesawat Korea Airlines take off dari bandara Fukuoka menuju Jakarta via Seoul.  Kepada siapa lagi ku adukan segala kegelisahan ini selain kepada Mu Ya Rahman...

*keterangan foto: Atas: bersama Obaachan (seorang nenek baik hati yang tinggal di Nagasaki). Bawah: bersama Obaachan, Kepala Sekolah TK dan guru TK (memegang Chacha)