Ada beberapa keunikan yang tidak saya temui di Indonesia. Setelah dokter menyatakan positif hamil, istri saya diharuskan melapor ke city hall (kalau di Indonesia mungkin kantor walikota ya) . Mereka seperti ingin memastikan kondisi ibu dan anak yang dikandung tetap terjaga. Si ibu diberikan kupon untuk pemeriksaan rutin di dokter yang dengan kupon itu bayarnya jadi jauh lebih murah.
Untuk mencegah terjadinya ada ibu hamil yang berdiri di bus/kereta, diberikan semacam badge/tanda yang jelas dapat terlihat dan terbaca orang bahwa orang itu sedang hamil sehingga mendapat prioritas untuk duduk. Kepekaan penumpang disini bolehlah dicontoh. Pernah suatu kali istri saya naik bus yang penuh, dan harus berdiri di tengah. Tiba-tiba ada seorang Bapak yang menegur dengan keras pemuda disebelah istri saya yang sedang duduk agar segera berdiri dan memberikan tempat duduk. Dengan perasaan malu, pemuda tersebut berdiri sambil berulang kali minta maaf kepada istri saya.
Setelah melahirkan, ibu dan anaknya harus tinggal di rumah sakit minimal 5 hari untuk persalinan normal dan 9 hari untuk persalinan cesar. Selama tinggal disana dibuatlah program-program untuk ibu merawat bayinya, karena umumnya tidak ada yang punya asisten rumah tangga atau baby sitter disini. Program yang melibatkan saya adalah memandikan bayi. Jadi, sebagai bapaknya saya diharuskan menyaksikan dan membantu istri saya memandikan bayi. Hmmm...sejujurnya ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Hal yang paling menarik buat saya adalah saat sedang mengisi formulir yang berkaitan dengan data diri, agak terkejut juga tidak ada kolom 'suami', yang ada adalah 'kepala keluarga'. Ternyata, kolom itu tidak harus diisi dengan nama suami, bisa nama ayahnya, ibunya, temannya atau siapaun selain dirinya. Pantas saja ketika beberapa kali istri saya harus periksa rutin ke rumah sakit sendiri, karena kesibukan saya di kampus, perawat maupun dokternya dengan hati-hati bertanya, 'nanti kalau melahirkan apa ada orang yang akan mengantar ke rumah sakit?' Tentu saja istri saya langsung menjawab, 'iya, suami saya akan mengantar'. Mereka dengan spontan langsung berkata, 'oooo, ada suaminya ya yokatta ne'.....Tinggal istri saya yang bengong...
*yokatta ne..istilah yang kira-kira merujuk ke arti, aahh leganya, atau ooo untunglah...
No comments:
Post a Comment