Bulan Maret adalah akhir dari tahun akademik di Jepang. Untuk tahun ini, bukan hanya bermakna sebentar lagi libur sekolah, tapi pertanda tidak lama lagi saya dan pasukan akan pulkam setelah tiga tahun di Nagasaki. Jadi teringat, berbagai pengalaman memasukkan anak ke SD disini. Ada beberapa program yang menurut saya baik, yang secara konsisten dilaksanakan oleh sekolah. Diantaranya adalah 'katei houmon'.
Secara bahasa, 'katei houmon' kira-kira berarti kunjungan ke rumah. Istilah ini saya dapatkan dari suatu program kunjungan seorang guru/wali kelas sekolah di Jepang ke setiap rumah anak muridnya untuk bertemu orang tua mereka. Ada lagi istilah 'jugyou sankan' yang merupakan kebalikan dari katei houmon karena istilah ini berarti orang tua yang datang ke sekolah untuk melihat proses belajar mengajar di kelas.
Saya akan sharing pengalaman mengenai 'katei houmon' untuk anak pertama saya di kelas 1 SD. Insya Allah di tulisan berikutnya saya akan berbagi tentang 'jugyou sankan'. Di awal masuk program kelas 1 SD (bulan April) ada edaran dari sekolah yang meminta jadwal orang tua untuk kunjungan guru ke rumah. Karena di hari kerja, ada himbauan kedua orang tua dapat meluangkan waktunya untuk menerima kunjungan guru. Dari cerita yang pernah saya dengar, guru tersebut juga tidak masalah bila hanya diterima di teras tanpa perlu masuk ke dalam rumah seperti seorang tamu yang formal. Orang Jepang sangat menjaga privasi, begitu informasi yang saya dengar.
Di hari dan jam yang saya usulkan, datanglah ibu guru/wali kelas anak saya ke rumah. Seperti biasa bila berhadapan dengan orang Jepang, amunisi telah saya siapkan. Kamus elektronik!!! maklum bahasa Jepang saya dan istri cuma bisa buat nawar barang di recycle shop. Sebagaimana informasi yang saya dengar, si ibu guru tersebut, setelah bilang terima kasih kepada saya sudah meluangkan waktu, langsung mengatakan pertemuan ini hanya membutuhkan waktu maksimal 10 menit sehingga tidak masalah ngobrolnya di depan pintu saja...
Saya masih agak tidak biasa menerima tamu di teras tanpa mempersilahkan masuk. Apalagi ini seorang guru dan yang akan dibicarakan terkait dengan pendidikan anak. Karena itu tetap saja beliau saya persilahkan masuk dan siapkan teh di meja (tentu sambil lesehan di tatami), saya bisa mendapat penjelasan yang agak lengkap tentang maksud dan tujuan katei houmon ini.
Pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, tapi ini merupakan tugas utama orang tua. Karena itu dibutuhkan kerjasama antara orang tua dan guru demi perkembangan anak. Dibutuhkan informasi dari orang tua mengenai kebiasaan, kesukaan, kebutuhan khusus anak (bila ada), pantangan tertentu, dsb yang terkait dengan kebutuhannya selama di sekolah yang dimulai dari pukul 08.10-14.40. Saat itu saya menyampaikan terutama perlunya kesabaran ekstra bagi Ibu guru karena keterbatasan bahasa Jepang anak saya dan ketidakbolehan adanya ingredient haram dalam menu makan siang.
Ada hal yang membuat saya jadi malu, si ibu guru mengatakan bahwa dia siap bila sewaktu-waktu di complain bila ternyata dia tidak bisa mendidik dengan benar. Ada buku komunikasi yang bisa menjadi jembatan antara guru dan orang tua, atau bisa datang langsung ke sekolah bila diperlukan. Tidak terasa, rari rencana pertemuan yang maksimal hanya 10 menit, menjadi obrolan hampir setengah jam. Dan saya mempunyai kesan yang baik terhadap program ini.
No comments:
Post a Comment