Pages

Tuesday, 28 September 2010

Berangkat ke Nagasaki

Beberapa hari terakhir ummi di Bogor, Ummi diliputi gundah yang menjadi.  Saat terbangun setiap malam, melihat abi, chacha dan de'fiya, ummi menangis.  Begitu juga saat memandikan chacha, menatap mereka tidur di siang hari...betapa berat....
Di hari keberangkatan, ummi sedih sekali, semua mengantar ummi, abi, chacha, de'fiya, aju, bi ii dan de'mira. saat tangis chacha pecah, ummi juga menangis, sulit sekali menahan air mata, de'fiya yang tidak mengerti hanya memeandang ummi dengan pandangan bertanya.
Peluk cium kepada chacha dan de'fiya sambil ummi berdo'a.  Ya Allah, kepadaMulah ummi titipkan keluarga agar mereka selalu dalam lindunganMu, dalam penjagaanMu.
Setelah ummi check in, ummi terakhir kalinya melihat abi, chacha dan de'fiya.  Saat itu tangis chacha semakin kencang....Sedih sekali. sambil melambaikan tangan ummi jalan menuju ruang tunggu. Ummi jalan-jalan dulu untuk menghilangkan gundah di hati, sepertinya semua orang memandang aneh pada ummi.  Setelah mampu mengendalikan diri ummi masuk ke ruang tunggu.   Sepi sekali ummi rasakan.  ummi hanya terbengong dengan zikir dalam hati...
Ummi naik pesawat, banyak orang Indonesia yang ikut naik, ummi duduk di seat No. 40A dekat jendela.  di Bangku 40C dekat lorong duduk orang korea yang membantu menaikan bagasi ummi ke atas kabin.di depan ummi duduk tiga orang Indonesia, yang ternyata orang Bandung tapi berbicara dengan bahasa Inggris logat Amerika.  Ternyata mereka memang tinggal di Los Angeles, ummi mendengar pembicaraan mereka dengan orang Indonesia (Pertamina) yang akan bertugas di Korea selama seminggu.  Beberapa saat kemudian duduk di sebelah ummi orang Indonesia.  Ternyata dia tinggal di Fukuoka, bekerja sambil belajar.  Mendengar perjuangannya, sekolah malam setelah pulang bekerja, sungguh mengagumkan. Ummi pun bertekad untuk belajar dengan baik, untuk ibadah kepadaNya.  Abi berpesan, bahwa ummi harus benar-benar meniatkan belajar ke Nagasaki untuk ibadah kepadaNya, belajar sampai ke negeri orang.
Saat transit, sungguh repot sekali, ummi harus mengeluarkan laptop dari dalam tas yang sudah penuh sesak, namun ummi ingat kalo abi telah menyisipkan kantong manor.  so, beberapa barang ummi pindahkan ke kantong manor dan memudahkan laptop untuk dikeluarkan.  Makasih ya abi...
Perjalanan Incheon-Fukuoka, tidak mengalami berbagai kendala, hanya makanan saja, ummi dapet sandwich dingin dengan isi timun dan tomat beserta saus mayonaise.  Padahal ummi kan minta moslem meals bukan vegetarian meals, tapi mungkin sulit dicari di Incheon. he...
Saat itu sekitar jam 09.15 ummi sampai di Jepang, Fukuoka.  Ummi langsung mengatri di Imigrasi.  Tidak banyak kendala.  Ummi tanya security counter bis.  Basu kontaru wa nan desu ka?.  Ternyata it was very close.  Pada penjaganya ummi bilang ciket onegaishimasu, Nagasaki made via showa machi.  he... sebenernya ummi gak tau apa bahasa jepangnya lewat.  hi...akhirnya dia memberikan tiket dan bilang two.  Mungkin ummi harus mencari pemberhentian bus dua.  Bener saja saat ummi keluar di "pit stop" 2 datang bis berwarna putih. ummi tanya ke bapak penjaga di situ korewa nagasaki basu? dia tanya koko made, ummi jawab showa machi.kemudian luggage ummi diangkat ke dalam bagasi bis.
Saat berangkat bis menunjukkan waktu 9.49.  Disepanjang perjalanan, ummi hanya bisa berzikir, menahan kesedihan yang luar biasa.  akhirnya sampai juga di showa machi stasiun, ummi berfikir akan sampai di statiun besar, ternyata hanya stasiun kecil seperti tempat pemberhentian bis biasa di Jakarta.  Ummi celingak celinguk mencari orang yang menunggu, tapi tidak ada siapa-siapa.  Sebelum turun ummi sempatkan melihat jam dalam bis, 11.53.   Wah "it's lunch time"  kata ummi dalam hati.  jangan-jangan mereka baru jemput jam 13.00.  
Saat itu hujan turun.  di stasiun itu hanya ada kursi yang tidak ternaungi oleh atap.  Jadi ummi berdiri, sambil bengong. Ummi tanya orang denwa wa nan desu ka?  ummi teringat ummi punya uang receh 110 yen, dan setau ummi cukup dengan uang 10 yen bisa telepon lokal.  sekitar 100 meter dari sana ada telpon umum. Tapi ternyata ummi lupa tidak mencatat nomor telepon Prof. Nakashima and Dr. Wada.  waduh ummi bingung hanya teringat kode 095 untuk nagasaki dan 4 digit terakhir 2450 untuk prof. Naksahima dan 2451 untuk Dr. Wada.  Kemudian ummi beranikan diri untuk telepon ke 095 821 2450.  Eh ternyata salah sambung.  Ummi kembali bingung akhirnya ummi memutuskan untuk telp Mba Endang dengan menggunakan uang 100 yen.  Tapi ternyata mba Endang tidak mengangkat telp.dan uang ummi tidak kembali.
Akhirnya dengan berat hati ummi kembali ke stasiun dan menunggu.  Setelah capek menunggu, sekitar jam 13.00, ummi beranikan diri meminta orang untuk menukar uang receh untuk telepon.  Ummi punya uang 500 yen kembalian bis.  Ummi benar-benar terkesan. betapa baiknya orang ini, saat ummi tanyakan uang receh dia tidak punya.  Kemudian dia bilang chotto mate kudasai (tolong tunggu sebentar).  Dia berbalik arah sambil berlari ditengah hujan, sampai ummi tidak melihat lagi.  Ummi bertanya dalam hati, apakah tadi dia mengucapkan chotto mate kudasai atau kalimat lain, wah ummi harus benar-benar belajar listening.  Dan yang membuat ummi terkesan, orang ini (perempuan) beberapa saat kemudian kembali lagi sambil menyodorkan uang receh untuk menelepon.  Saat itulah Yuki-san datang, sambil membawa kertas yang bertuliskan " Ning Ima Arie Wardayanie welcome to Nagasaki".  Ummi benar-benar surprise, saat ummi jelaskan.  Yuki-san mengucapkan terima kasih berkali-kali kepada orang tersebut.  Kemudian ummi memilih naik taksi karena saat itu hujan turun dengan lebat.....
Ternyata orang Jepang baik ya.  Nanti ummi ceritakan hari berikutnya tentang orang Jepang yang baik lagi, yang banyak membantu ummi, Yuki-san.  Jadi selain mari berbagi kita juga harus mau menolong orang tanpa pamrih, seperti cerita abi di mari berbagi, kita juga harus saling memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan. 
Ambil pelajarannya ya... untuk Ummi, abi juga Chacha dan de'fiya.

Ummi


Mari Berbagi

Artikel ini diambil dari buku luar biasa karangan Ust. MR Kurnia berjudul Inspiring Love. Di dalam salah satu bagian terdapat berbagai kisah inspiratif, salah satunya adalah hikmah bila harus berbagi.  Berikut ini artikel selengkapnya yang juga penting buat kami sebagai orang tua agar sering mengajarkan anak-anak untuk berbagi.

Hari ini aku kesal sekali, suamiku mulai lagi bagi-bagi "duit" kepada keluarga mertuaku.  Padahal aku ingat satu bulan lalu, bapak mertuaku datang meminta uang, katanya sih untuk menembok saluran air sebab musim hujan seperti ini air suka meluap ke rumah mereka.
Sejak awal menikah sebenarnya aku sudah tahu ketika suamiku menceritakan tentang ketergantungan keluarga padanya. Tadinya aku berusaha memahami, karena bagiku yang penting kebutuhan keluarga tidak terabaikan. Tapi, sejak ada Hamzah, buah cinta kami, aku merasa kebutuhan kami semakin meningkat.
"Yah... lebaran nih, Hamzah belum beli baju baru", seruku sewot.
"ya ayah tahu, tapi mama sekarang lagi butuh uang untuk biaya sekolah de' Mia", sahut suamiku.
Aku diam, dalam hati aku ngedumel ada saja alasan yang dicari-cari untuk pembenaran... percuma aku protes, suamiku pasti akan mengeluarkan dalil yang akan mendukung perbuatannya tersebut.
Kejadian lama terulang lagi, di depan suamiku, aku menasehati adik iparku agak keras.
"De' ngapain sih belu baju muslim baru, toh yang lama juga masih bagus, orang itu tidak penting bajunya, yang penting hatinya", kataku.
Mia diam saja. Kulihat suamiku mau membela, tapi langsung kupelototi.
Akhirnya untuk meredakan suasana yang semakin tidak enak ini, suamiku berujar,
"Udah deh Mia kamu pulang dulu, nanti abang pikirkan permintaanmu itu".
Wajah Mia memerah, kulihat ada tangis menggantung disana.  Kukuatkan hatiku untuk tidak terenyuh. Mia pun pulang, suamiku diam saja, rupanya ia malas berargumen dengan ku disaat puasa.
Sikapku ternyata berdampak luas. Bang Adi sejak saat itu sepertinya puasa bicara banyak dengan ku, hanya kalimat-kalimat pendek yang terlontar. Dan yang membuat hatiku bertambah gundah, ketika tiga hari menjelang lebaran, kami berkunjung ke rumah mertua karena mama kangen dengan Hamzah.  Sesampainya di sana, mama cerita kalau Mia tidak jadi ikut sanlat di sekolahnya karena baju muslimnya yang agak baikan tidak ada.  Bajunya yang lama sudah disumbangkan.  Bang Adi melirikku, ternyata Mia baik sekali, ia tidak cerita pada mama kalau ia sudah minta pada abangnya tapi aku tolak.
Malam itu kami menginap, karena hatiku diliputi rasa bersalah yang mendalam, tengah malam sekitar jam 2 malam aku bangun untuk shalat malam, memohon ampun kepada-Nya.  Ketika melewati kamar mama, kulihat pintu terbuka, iseng kuintip karena kudengar isak tangis mama.  Semakin mendekat, kudengar dalam doanya mama mengucap beberapa kali nama suamiku.
"Ya Allah berikanlah anakku, Adi, rezeki yang melimpah karena ia harus membiayai dua keluarga. Ya Allah berilah ia kesehatan, karena jika ia sakit kami masih membutuhkannya ya Allah...".
Aku menyandarkan badanku ke dinding.  Tangisku pun pecah, Ah... betapa naifnya aku.  Mestinya aku tahu, jika mereka mampu pasti mereka tidak akan meminta pada anaknya.  Lagi pula doa seorang ibu yang bersih akan diterima Allah.  Kenapa aku harus menahan, sementara Allah saja tidak menahan rezeki-Nya dari langit!

Monday, 27 September 2010

Ummi, tunggu kita ya...

Mungkin beginilah perasaan anak-anak bila tahu akan ditinggal ibunya selama dua tahun.....
Akhirnya datang juga.  Ummi berangkat tanggal 26 September 2010 menggunakan pesawat Korean Air pukul 22.05.  Meskipun sudah dipersiapkan sejak lama, tetap saja, pisah sama ummi menyisakan kesedihan luar biasa.  Sepanjang jalan Chacha maunya nempel terus sama Ummi.  Waktu Abi dorong troli bawa tas dan koper Ummi, Chacha maunya naik di troli.  Benar saja, ketika tiba saatnya Ummi mau masuk untuk check in, Chacha menolak turun dari troli.  Tangis Chacha pecah.  Seperti biasa, kencang banget. Ummi, Ummi, Ummi.  Chacha gak mau ditinggal Ummi.  Bagaimanapun berusaha dibujuk, Chacha tidak mau berhenti menangis. bahkan sampai di perjalanan pulang.  Chacha bisa diam di perjalanan karena sudah lelah dan tertidur. Lain lagi dengan De'fiya. Dia masih belum mengerti bahwa Ummi akan pergi lama. Dia baru terlihat sedih setelah mendengar suara Ummi dari headphone ketika Abi telp Ummi pakai YM.
Bagaimana dengan Abi? Mungkin semua orang tidak melihat raut kesedihan di wajah Abi.  Tetapi sesungguhnya Abi juga merasakan kesedihan yang luar biasa. Hanya kepada Allah sajalah Abi mengadukan semua kesedihan ini. Ya Allah, mudahkanlah dan lancarkanlah urusan kami.  Kami tidak tahu, apakah yang kami putuskan ini merupakan yang terbaik bagi kami tetapi kami memohon Ya Rabb agar apa yang kami jalani ini bernilai ibadah di hadapan-Mu dan hasilnya memang meruapakan yang terbaik bagi kami. Ya Allah, Zat Yang Maha Pelindung, lindungilah Ummi selama mengarungi kehidupan di negeri orang dan jauh dari Abi. Sungguh Ya Allah, Engkaulah sebaik-baiknya penjaga. Berilah selalu petunjuk kepada Ummi agar selalu berada di jalan-Mu. Limpahkanlah karunia dan hidayah-Mu.  Ya Allah, lindungilah Hafshah. Mudahkanlah ia dalam menjalani usia emasnya tanpa Ummi sementara ini disampingnya. Kuatkan dan tabahkanlah hatinya Ya Rahman. Ya Allah, lindungilah Shafiyyah.  Di usianya yang belum genap dua tahun, ia sudah harus lepas sementara dari Umminya. Kuatkan dan tabahkanlah hatinya Ya Rahim. Ya Allah lindugilah Abi. Berilah kemampuan untuk menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka. Ya Rabb, semoga ini akan menghantarkan kami kepada ridha-Mu.  Ya Allah mudahkanlah dan lancarkanlah urusan kami agar Abi, Hafshah dan Shafiyyah dapat segera menyusul Ummi sehingga kami dapat berkumpul kembali.  Ya Allah, semoga apa yang kami lakukan ini akan semakin mendekatkan diri kami kepada Mu.

Ummi, tunggu Abi, Chacha, De'fiya ya... Insya Allah, ini tidak akan lama. Doakan kita selalu ya di setiap shalat malam Ummi...

Sunday, 19 September 2010

Coretan pertama ummi

7 hari lagi....

Sebentar lagi ummi harus meninggalkan rumah tercinta, harus ninggalin abi, dua bidadari sholehah (chacha dan de'fiya) untuk menuntut ilmu lagi di negeri matahari.
Persiapan keberangkatan masih belum beres. Secara administrasi ada beberapa hal yang perlu dicermat: visa dan paspor belum ditangan dan status kenaikan pangkat belum dibicarakan sampai finish meskipun surat tugas belajar sudah ditangan. Pekerjaan di kantor, masih ada yang pending: masih merasa bersalah meninggalkan penelitian DIPA dan penelitian insentif, Konsep RSNI belum selesai, Konsep laporan shelf life juga belum selesai, konsep buku belum presentasi. wah....sempat ga ya semua dilakukan dalam waktu yang semakin sempit. Secara mental, wah jangan ditanya: packing belum dilakukan. tas masih kurang, perlengkapan yang harus dibawa masih kurang. Ada keengganan di dalam hati, namun sudah tidak bisa mundur lagi.  Semua harus dijalani.

Ya Allah, Jika ini adalah yang terbaik, permudahlah kami menghadapinya.  Kuatkanlah ummi dalam menjalani hari ke depan. Berikanlah kekuatan pada abi untuk sementara menjalani peran ganda sebagai ayah dan ibu bagi dua anak sholehah kami. Pelihara dan lindungi kedua anak kami. Berikanlah kekuatan pada keempat orangtua kami menjaga abi, chacha dan de'fiya terutama mama yang bersedia menemani mereka.

Ya Allah, permudahlah kami sekeluarga untuk berkumpul lagi secepatnya di negeri matahari terbit. Amin.

Ummi


Ummi

Pengalaman pertama yang menggoda

Pada suatu kesempatan buka puasa persama di kantor tahun 2009, untuk mengisi acara sebelum berbuka puasa Bapak Kepala mengajak audiens berdiskusi makna lailatul qadar, dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk didiskusikan seperti mengapa Allah SWT tidak memberitahu kepada kita waktu pasti lailatul qadar, apa ciri-ciri orang yang telah mendapatkan lailatul qadar, dsb.

Setelah ada beberapa orang yang ikut menjawab, saya mencoba ikut menjawab bahwa bila kita cermati ada beberapa hal yang dirahasiakan oleh Allah, tidak hanya lailatul qadar. Misalnya kematian. Kita harus meyakini bahwa apapun yang ditetapkan oleh Allah, pasti mengandung kebaikan buat manusia dan pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya.  Allah tidak memberitahu kapan kita meninggal sehingga kita bisa sangat serius mempersiapkan kematian dan beribadah dengan khusuk, seolah-olah besok kematian akan menjemput kita.  Begitu pun, Allah tidak memberitahu dengan pasti kapan lailatul qadar, tetapi dengan memberi isyarat bahwa kemungkinan besar akan jatuh di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan khususnya di malam ganjil, agar kita serius beribadah tidak hanya disepuluh malam terakhir tetapi sejak awal ramadhan.  Pemberian award/penghargaan, akan diberikan kepada peserta yang mempersiapkan diri sejak awal dan dengan sebaik-baiknya.

Rasulullah SAW merupakan contoh terbaik bagi kita.  Beliaulah semulia-mulianya manusia, yang dijamin Allah dihapus dosa-dosanya, tetapi ibadah yang beliau lakukan sungguh luar biasa.  Bahkan semakin meningkat di bulan Ramadhan. Hal ini dicontoh oleh generasi terbaik yaitu para sahabat.  Oleh karena itu, tidak bisa seseorang lalu mengkalim mendapat lailatul qadar kemudian berhenti ibadah karena merasa telah beribadah seribu bulan.  Karena pada faktanya, Rasulullah, yang kemudian diikuti oleh para sahabat tetap melakukan ibadah. 

Setelah menyampaikan ini, kemudian Bapak Kepala mengatakan, tahun depan kamu yang akan mengisi kultum di acara buka puasa ya??? nah lho.  Lalu ada beberapa orang yang bertepuk tangan, sementara saya keringet dingin. Tapi kemudian, dengan menghibur diri, ah, tahun depan kan masih lama, nanti juga pada lupa.

Tapi ternyata hal itu tidak terjadi.  Dalam suatu kesempatan perjalanan menghadiri sidang tentang standar pangan di Jenewa bersama Bapak Kepala, saya berdiskusi tentang banyak hal selama tugas.  Selain tentu saja materi perjalanan dinas, juga mengenai agama.  Di sebuah kedai favorit beliau yang nyaman, setelah lelah mendiskusikan persiapan menghadapi acara besok, beliau setengah bertanya, bagaimana cara kita mengimani Al Qur'an padahal turunya sudah berabad-abad yang lalu? kemudian terjadilah diskusi yang cukup hangat.

Lalu menjelang bulan suci Ramadhan tahun 2010, tiba-tiba saja beberapa orang di kantor sudah mengingatkan bahwa nanti saya yang akan mengisi kultum.  Dan benar saja, tiba-tiba Bapak Kepala memanggil saya bahwa minggu depan akan diadakan acara buka puasa dan sesuai dengan tantangan tahun lalu saya yang harus mengisi kultum. Temanya sudah ditentukan beliau.  Apa itu? tentang Iman kepada Al Quran, sebagaimana yang pernah didiskusikan ketika di Jenewa.  Mulailah hari-hari deg-degan. karena saya belum pernah memberikan kultum di forum besar sebelumnya.

Apalagi kemudian dari bagian acara menyampaikan bahwa waktu memberikan kultum mulai dari jam 17.00 WIB hingga menjelang buka.  Artinya, bukan kuliah tujuh menit atau tujuh belas menit, tapi bisa tujuh puluh menit !!  Hari-hari berikutnya, yang terjadi adalah semakin deg-degan. Tujuh menit saja bingung, apalagi tujuh puluh menit, dengan materi yang sudah ditentukan. Tapi semua harus dilakukan, tidak boleh mundur.  Seperti yang diucapkan Dumbledore kepada Harry Potter, you have to face what you can not avoid. Dengan niat bahwa ini semua bagian dari ibadah, dimulailah melakukan persiapan materi, bertanya kepada sahabat-sahabat yang lebih luas pemahaman agamanya.  Dari merekalah persiapan mental, materi, dsb bisa dilakukan dengan baik.

Memberikan kultum adalah bagian dari dakwah, yang merupakan tugas mulia.  Dakwah adalah pekerjaannya para nabi, yang harus dicontoh oleh seluruh umat manusia.  Dengan berdakwah menyeru kepada kebaikan (Al khair, yaitu Islam) dan mencegah dari yang mungkar, berarti kita telah melaksanakan salah satu kewajiban dari Allah.  Ini seharusnya bisa menjadi awal bagi untuk semakin semangat belajar untuk aktif berdakwah.  Kalau masalah deg-degan, itu sih manusiawi.