Pada suatu kesempatan buka puasa persama di kantor tahun 2009, untuk mengisi acara sebelum berbuka puasa Bapak Kepala mengajak audiens berdiskusi makna lailatul qadar, dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk didiskusikan seperti mengapa Allah SWT tidak memberitahu kepada kita waktu pasti lailatul qadar, apa ciri-ciri orang yang telah mendapatkan lailatul qadar, dsb.
Setelah ada beberapa orang yang ikut menjawab, saya mencoba ikut menjawab bahwa bila kita cermati ada beberapa hal yang dirahasiakan oleh Allah, tidak hanya lailatul qadar. Misalnya kematian. Kita harus meyakini bahwa apapun yang ditetapkan oleh Allah, pasti mengandung kebaikan buat manusia dan pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya. Allah tidak memberitahu kapan kita meninggal sehingga kita bisa sangat serius mempersiapkan kematian dan beribadah dengan khusuk, seolah-olah besok kematian akan menjemput kita. Begitu pun, Allah tidak memberitahu dengan pasti kapan lailatul qadar, tetapi dengan memberi isyarat bahwa kemungkinan besar akan jatuh di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan khususnya di malam ganjil, agar kita serius beribadah tidak hanya disepuluh malam terakhir tetapi sejak awal ramadhan. Pemberian award/penghargaan, akan diberikan kepada peserta yang mempersiapkan diri sejak awal dan dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW merupakan contoh terbaik bagi kita. Beliaulah semulia-mulianya manusia, yang dijamin Allah dihapus dosa-dosanya, tetapi ibadah yang beliau lakukan sungguh luar biasa. Bahkan semakin meningkat di bulan Ramadhan. Hal ini dicontoh oleh generasi terbaik yaitu para sahabat. Oleh karena itu, tidak bisa seseorang lalu mengkalim mendapat lailatul qadar kemudian berhenti ibadah karena merasa telah beribadah seribu bulan. Karena pada faktanya, Rasulullah, yang kemudian diikuti oleh para sahabat tetap melakukan ibadah.
Setelah menyampaikan ini, kemudian Bapak Kepala mengatakan, tahun depan kamu yang akan mengisi kultum di acara buka puasa ya??? nah lho. Lalu ada beberapa orang yang bertepuk tangan, sementara saya keringet dingin. Tapi kemudian, dengan menghibur diri, ah, tahun depan kan masih lama, nanti juga pada lupa.
Tapi ternyata hal itu tidak terjadi. Dalam suatu kesempatan perjalanan menghadiri sidang tentang standar pangan di Jenewa bersama Bapak Kepala, saya berdiskusi tentang banyak hal selama tugas. Selain tentu saja materi perjalanan dinas, juga mengenai agama. Di sebuah kedai favorit beliau yang nyaman, setelah lelah mendiskusikan persiapan menghadapi acara besok, beliau setengah bertanya, bagaimana cara kita mengimani Al Qur'an padahal turunya sudah berabad-abad yang lalu? kemudian terjadilah diskusi yang cukup hangat.
Lalu menjelang bulan suci Ramadhan tahun 2010, tiba-tiba saja beberapa orang di kantor sudah mengingatkan bahwa nanti saya yang akan mengisi kultum. Dan benar saja, tiba-tiba Bapak Kepala memanggil saya bahwa minggu depan akan diadakan acara buka puasa dan sesuai dengan tantangan tahun lalu saya yang harus mengisi kultum. Temanya sudah ditentukan beliau. Apa itu? tentang Iman kepada Al Quran, sebagaimana yang pernah didiskusikan ketika di Jenewa. Mulailah hari-hari deg-degan. karena saya belum pernah memberikan kultum di forum besar sebelumnya.
Apalagi kemudian dari bagian acara menyampaikan bahwa waktu memberikan kultum mulai dari jam 17.00 WIB hingga menjelang buka. Artinya, bukan kuliah tujuh menit atau tujuh belas menit, tapi bisa tujuh puluh menit !! Hari-hari berikutnya, yang terjadi adalah semakin deg-degan. Tujuh menit saja bingung, apalagi tujuh puluh menit, dengan materi yang sudah ditentukan. Tapi semua harus dilakukan, tidak boleh mundur. Seperti yang diucapkan Dumbledore kepada Harry Potter, you have to face what you can not avoid. Dengan niat bahwa ini semua bagian dari ibadah, dimulailah melakukan persiapan materi, bertanya kepada sahabat-sahabat yang lebih luas pemahaman agamanya. Dari merekalah persiapan mental, materi, dsb bisa dilakukan dengan baik.
Memberikan kultum adalah bagian dari dakwah, yang merupakan tugas mulia. Dakwah adalah pekerjaannya para nabi, yang harus dicontoh oleh seluruh umat manusia. Dengan berdakwah menyeru kepada kebaikan (Al khair, yaitu Islam) dan mencegah dari yang mungkar, berarti kita telah melaksanakan salah satu kewajiban dari Allah. Ini seharusnya bisa menjadi awal bagi untuk semakin semangat belajar untuk aktif berdakwah. Kalau masalah deg-degan, itu sih manusiawi.
No comments:
Post a Comment