Apa hal yang sangat dinantikan seorang ayah dan suami selain
bertemu kembali dengan anak dan istrinya setelah 4 bulan berpisah? Hari ini terbalas
seluruh kerinduan. Meskipun pertama kali
bertemu di bandara Chacha dan Fiya cuma menyambut dengan senyuman tipis, nyaris
tanpa ekspresi. Sulit menduga apa yang ada
dalam hati mereka tapi yang jelas, kangen banget sama kamu nak…
Setelah melalui proses yang panjang dan rumit, akhirnya
keluarlah ijin belajar untuk ibunya anak-anak.
Kalau dua tahun lalu saya datang ke Nagasaki untuk mengantar anak-anak,
sekarang gantian istri saya melakukan itu untuk saya. Bedanya, saya dulu datang dengan perasaan
senang dan bahagia, saat ini keadaannya lain.
Roda sedang dan selalu berputar.
Dulu saya berani datang ke Nagasaki karena istri saya mendapat
besiswa monbukagakusho. Dengan hidup
hemat, satu beasiswa itu bisa cukup dijalani untuk sekeluarga. Tapi sekarang? Istri saya datang hanya
berbekal keyakinan bahwa apapun yang akan terjadi kemudian, hidup bersama jauh
lebih baik daripada terpisah. Keyakinan bahwa rejeki anak dan istri tidaklah
semata ditentukan oleh penghasilan ayah dan suami, karena Allah-lah Sang
Pemberi Rejeki.
Hmmm… malu hati dibuatnya.
Sambil mengamati mereka yang tertidur kelelahan, teringat pernah membaca bahwa salah satu ciri pasangan yang bahagia adalah ketika suami selalu merasa
bersyukur mempunyai istri yang cantik, pintar dan shalehah, sementara sang
istri selalu bersabar dengan keadaan suami.
*keterangan foto: Chacha dan Fiya datang lagi ke Nagasaki, kali ini lewat bandara Osaka. Biar sekalian bisa main ke Universal Studio
No comments:
Post a Comment