Pages

Friday, 20 September 2013

Inspirasi Muda Mulia

Salah satu resolusi yang saya tuliskan diakhir tahun 2012 adalah mengadakan kegiatan yang melibatkan orang-orang Indonesia yang ada di Nagasaki.  Ini tidak terlepas dari amanah yang telah diberikan teman-teman kepada saya sebagai ketua PPI Nagasaki periode 2012-2013.  Ketika menuliskan resolusi ini, belum terlintas bagaimana cara mewujudkanya, bentuk acaranya, siapa yang akan diundang sebagai pembicara, darimana asal dananya, dsb.  Apalagi belum pernah ada acara besar sebelumnya yang diselenggarakan PPI Nagasaki.

Bermimpilah menggapai bintang di langit, kalaupun gagal kita akan jatuh diantara awan.  Jangan bermimpi setinggi genteng rumah, karena kalau gagal jatuhnya ke comberan he he he.  Begitulah, sampai bulan Juni tidak ada aktifitas berarti yang saya lakukan untuk mewujudkan resolusi tersebut.  Barulah setelah mendapat kepastian menerima beasiswa Hashiya, seluruh resolusi kembali saya review untuk direalisasikan sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya.

Jalan itu perlahan terbuka ketika Allah menuntun saya berkenalan hanya melalui email dengan orang yang sangat bersahaja, Nur Ahmadi, penanggung jawab Dompet Dhuafa (DD) di Jepang.  Setelah beberapa kali berkomunikasi, dan dengan proposal yang dibuat secara kilat (maklum sebelumnya bingung mau desain kegiatan apa), DD menyatakan siap mendukung kegiatan di Nagasaki.  Dari beliaulah saya disarankan untuk meminta dukungan Atase Pendidikan dan Kebudayaan, KBRI Tokyo, yang kemudian tidak hanya bersedia memberikan dukungan finansial, tetapi Bapak Atase, Dr. Iqbal Djawad, juga bersedia hadir sebagai pembicara.

Ketika kesulitan mencari pembicara berkelas dari Indonesia karena waktu yang mepet, dari Nur Ahmadi juga saya dikenalkan dengan seorang trainer muda, Rendy Saputra, yang bersedia memberikan seminar bertema Inspirasi Muda Mulia.  Tidak hanya itu, Kang Rendy, sapaan akrabnya, juga bersedia tidak mendapatkan fasilitas apa-apa dari panitia.

Jadilah acara tersebut terealisasi dengan nama Inspirasi Muda Mulia: Berkarya dan Sukses Mulia sejak Muda.  Sekitar 60 orang hadir pada acara tersebut, dapat dikatakan telah melibatkan seluruh pelajar, orang Indonesia yang berdomisili di Nagasaki maupun kenshusei (peserta magang di perusahaan Jepang).  Meskipun tentu saja selalu ada banyak kekurangan yang terjadi karena kurangnya koordinasi, komunikasi, dsb, tetapi ucapan rasa syukur tak henti terucap.  Satu lagi, Allah memberikan jalan untuk merealisasikan resolusi 2013.

(Berita tentang pelaksanaan kegiatan ini juga dimuat di website DD Jepang disini dan live kultwit yang saya tulis untuk acara tersebut disini.  Kang Rendy juga menuliskan pengalamannya di website pribadinya disini)

Wednesday, 4 September 2013

Belajar dari mata air

Ada hadist Nabi yang kira-kira isinya menyebutkan bahwa kaum muslimin berseri kat dalam tiga hal, padang rumput, air dan api.  Sepemahaman saya, maksud hadist tersebut adalah ketiganya merupakan kepemilikan umum yang tidak tidak bisa dimiliki oleh golongan, apalagi dikuasai pribadi.

Nah, tidak jauh dari apartemen yang saya tempati, tepatnya di Nishimachi, Nagasaki City, ada sebuah sumber mata air yang berada di tengah-tengah pemukiman penduduk yang padat.  Mata air ini bebas dinikmati oleh siapapun.  Hal yang menarik berdasarkan informasi yang saya terima dari penduduk sekitar, secara berkala Pemerintah Kota Nagasaki melakukan pemeriksaan terhadap aspek keamanan dan kesehatan untuk memastikan air tersebut memang masih layak dikonsumsi secara langsung (tidak perlu di rebus lagi).

Ketika musim panas tiba, seperti saat ini, air tersebut begitu menyegarkan bagi siapapun yang meminumnya.   Tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga, pernah saya melihat ada yang mengisi hingga berjerigen-jerigen dan diangkut dengan mobil untuk keperluan rumah makannya.

Saya mencoba merenungi kembali hadist di atas. Sulitkah menerapkannya? Padang rumput (hutan-hutan), air (sumber air), api (sumber-sumber energi, barang tambang, dll) bisakah tidak dimiliki oleh golongan, apalagi pribadi? Bisakah dikuasai Negara dan pemanfaatannya diperuntukkan bagi kemaslahatan seluruh rakyatnya? Subhanallah, di sini, di negeri yang agama saja orang-orangnya tidak peduli, ucapan mulia Baginda Nabi terimplementasi.  Bukti sederhana mudahnya penerapan aturan yang datang dari Sang Pencipta.

Dan dari mata air ini juga saya belajar, kalau tidak bisa menjadi air hujan yang membasahi dan meyejukkan hati seisi bumi, jadilah mata air yang keberadaannya dirindukan, sehingga banyak di datangi orang.  Hindari menjadi air PAM yang baru datang ketika diundang dan tidak mau keluar sebelum dibayar.  Dan jangan sekali-kali menjadi air comberan yang  isinya segala jenis penyakit dan kotoran,  Jangankan ditelan, baunya saja tidak enak *dirasakan.

*Keterangan foto. Atas: sumber mata air yang terletak di pemukiman penduduk. Bawah: anak saya sedang memperhatikan orang yang sedang mengambil air