Pages

Friday, 20 June 2014

Pemimpin yang dirindukan

Khutbah Jumat lagi-lagi bercerita tentang Umar bin Khattab dan lagi-lagi tidak pernah bosan telinga ini mendengar.  Mungkin karena sedang musim kampanye capres-cawapres sehingga keteladanan beliau menjadi salah satu contoh terbaik.  Saya akan mengulas kalau setelah diperhatikan ternyata beberapa sifat Umar bin Khattab yang telah melegenda, yaitu ketegasan, kewibawaan, kesederhanaan dan kepeduliaannya terhadap rakyat yang sangat tinggi, menjadi slogan yang digadang-gadang oleh para tim sukses capres saat ini baik 1 maupun 2 .

Ketika menjabat sebagai Khalifah dengan kekuasaan yang demikian luas, setiap malam Khalifah Umar selalu sulit memejamkan mata.  Alasannya? ini yang luar biasa.  Beliau sering tidak bisa tidur karena sangat takut bila memikirkan pertanggungjawaban di hadapan Allah terhadap rakyat yang dipimpinnya.  Lalu apa yang beliau lakukan dimalam hari? salah satunya sudah diceritakan dan silahkan di baca di sini.

Selain tentang kisah ibu dan anak penjual susu tersebut, kisah terkenal yang sering diceritakan adalah saat Khalifah di malam buta memangul sendiri gandum dari baitul maal untuk seorang ibu yang berusaha mendiamkan anak-anaknya yang terus merengek minta makanan, dengan cara memasak batu.  Subhanallah.  Seorang pemimpin yang kekuasaannya terbentang luas di jazirah Arab memanggul sendiri bahan makanan karena takut memanggul dosanya di akhirat bila Allah meminta pertanggungjawaban terhadap salah satu rakyatnya yang kelaparan.

Meski telah berulangkali mendengar kisah ini, berulang kali pula mata ini tidak sanggup membendung air mata.  Beliau-lah sejatinya pemimpin yang sederhana dan merakyat, yang melakukan 'blusukan' bukan demi pencitraan dan tidak pernah merasa perlu disaksikan masyarakat banyak.  Blusukan Khalifah Umar justru dilakukan di malam hari disaat sebagian besar rakyatnya terlelap dan paling hanya ditemani satu orang ajudannya.

Beliau juga terkenal sebagai pemimpin yang tegas dan berwibawa, yang tidak pernah kompromi terhadap setiap bentuk kedzaliman.  Kisah yang sangat terkenal adalah ketika ada seorang yahudi yang gubuknya digusur oleh salah seorang gubernur karena hendak ada perluasan masjid. Meskipun sudah diberikan kompensasi, ia tidak terima dengan keputusan gubernur karena dianggap sewenang-wenang. Orang yahudi itu memutuskan untuk pergi ke Madinah mengadukan masalahnya ke Khalifah.  

Sungguh kaget si yahudi tersebut ketika menemui Khalifah yang memiliki kekuasaan demikian besar, sedang duduk di bawah pohon rindang dekat masjid.  Khalifah juga hanya memakai pakaian yang sangat sederhana.  Setelah si yahudi menceritakan persoalannya, wajah Khalifah terlihat mengeras karena murka.  Lalu beliau memerintahkan orang itu mengambil tulang di tempat sampah.  Digoreskan dengan pedangnya garis lurus seperti huruf alif dan diberi garis melintang.  "Pulanglah dan berikan tulang ini kepada gubernur" kira-kira begitu perintah beliau.

Tentu saja yahudi tersebut terheran-heran.  Mungkin dia berpikir, 'Jauh-jauh datang ke Madinah hendak mencari keadilan, malah pulang suruh bawa tulang dari tempat sampah'. Dengan hati yang penuh tanda tanya, orang yahudi tersebut kembali ke daerah asalnya dan menghadap ke gubernur untuk menyerahkan tulang dari Khalifah Umar tanpa dia tahu apa maksudnya.  Reaksi gubernur sungguh di luar dugaan.  Wajahnya langsung pucat pasi, jelas terlihat sangat ketakukan.  Langsung saja diperintahkan seluruh pekerja untuk menghentikan perluasan masjid, mengembalikan tanah dan membangun kembali gubuk orang yahudi tersebut. Segera, tanpa ditunda...

Ada apa ini? apa maksudnya? mengapa hanya dengan tulang saja ketakutannya seperti itu? berjuta pertanyaan menggelayuti pikiran orang yahudi tersebut.  Lalu gubernur menerangkan yang kira-kira berkata, "tulang ini memang hanyalah sampah tidak berguna.  Tetapi tanda garis dari pedang Khalifah ini mewakili perintah Khalifah bahwa aku harus bertindak adil dan lurus kepada siapapun karena sesungguhnya pada akhirnya semua manusia akan menjadi tulang belulang dan harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di hadapan Allah.  Bila tidak, maka garis melintang ini menandakan siapapun penguasa yang bertindak sewenang-wenang dan tidak mengayomi rakyatnya sesuai dengan ketetapan Allah dan Rasul-Nya, maka Khalifah siap menggunakan pedang (kekuasannya) untuk menghentikannya.  

Subhanallah.  Inilah yang kemudian membuat orang yahudi tersebut dengan rela meminta diteruskan perluasan masjidnya, menerima penggusuran gubuknya dan kemudian bersyahadat karena menyaksikan sendiri kemuliaan ajaran Islam yang dicontohkan langsung oleh Khalifah.

Sekali lagi, ketegasan dan kewibawaan yang melekat dalam diri Khalifah bukanlah demi pencitraan dan sama sekali tidak dilakukan agar mendapat pujian masyarakat.  Kesederhanaan, kepedulian kepada masyarakat, ketegasan, kewibawaan seorang pemimpin yang lahir dari keimanan yang tinggi kepada Sang Pencipta, yang kemudian menjadi dasar setiap tindakannya.  Inilah sosok pemimpin yang dirindukan, yang memerintah berdasarkan tuntunan syariat, bukan hawa nafsu sesaat.  

Kita merindukan pemimpin yang tegas dan berwibawa, sekaligus yang sederhana dan merakyat, yang perbuatannya dilakukan karena keimanan yang tinggi dan ketakutannya akan pertanggungjawaban di akhirat kelak.  Bila sifat dan perbuatan yang dilakukan hanya demi pencitraan semata, atau hanya ingin diliput media massa, atau hanya sekedar ingin menaikkan elektabilitasnya, atau tidak ikhlas karena Allah Yang Maha Kuasa, bersiaplah semua akan berakhir sia-sia dan pada akhirnya lagi-lagi rakyat tidak akan mendapat apa-apa.  Semoga Allah karuniakan kembali pemimpin yang dikagumi penduduk bumi dan dirahmati penghuni langit...

Friday, 6 June 2014

Cara memberi tahu...

Rabu lalu saya bersama tim mendapat tugas evaluasi lapangan ke salah satu perusahaan kaca terbesar di Indonesia.  Di sela-sela pembicaraan informal, ada cerita menarik dari pimpinan Laboratory Service-nya yang baru pulang dari Jepang.

Begini ceritanya.  Dahulu ketika baru pertama kali ke Jepang dan masih menjadi perokok aktif, dia ditemui oleh kliennya yang merupakan orang Jepang.  Sambil menunggu bis yang akan mengantarnya ke lokasi, dia mengajak ngobrol rekan barunya sambil menghisap rokok kesayangannya dari Indonesia.  Setelah selesai merokok, seperti kebiasaan di Indonesia, langsung di matikan api di puntung rokoknya, dan membuang begitu saja di jalanan.  Menurutnya, aneh sekali negara semaju ini gak ada tong sampah.

Hal yang mengejutkan terjadi.  Teman Jepangnya tiba-tiba mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya.  Setelah menghisap satu kali, segera dimatikan rokoknya, dibungkus dengan tisu dan dimasukkan ke dalam tasnya.  Kontan saja sambil menahan malu yang luar biasa dia mengambil puntung rokok yang tadi dibuang dijalan, dan dimasukkan ke dalam tas seperti yang dilakukan orang Jepang.

Sebelum mengucapkan sesuatu, orang Jepang itu yang langsung berkata, "kamu tidak perlu melakukan seperti saya, ini kan negara saya bukan Indonesia".  Kata-kata tersebut membuatnya tambah tidak enak saja.  Dia menjawab, "Maaf pak, saya tidak seharusnya melakukan seperti tadi. Ini kebiasaan bagus yang harus saya tiru."

Jadi teringat beberapa hal penting yang diajarkan di sekolah dasar, yang saya dapatkan dari anak saya, seperti bagaimana membuang sampah pada tempatnya atau dibawa pulang, menghormati orang dan antri.  Bahkan orang yang membawa anjing berkeliling juga harus membawa air untuk menyiram dan kantong untuk menampung kotoran bila tiba-tiba si anjing buang air kecil atau besar.

Pelajaran dari kisah di atas, tidak perlu malu mengakui kesalahan dan belajar memang bisa dari siapa saja...