Rabu lalu saya bersama tim mendapat tugas evaluasi lapangan ke salah satu perusahaan kaca terbesar di Indonesia. Di sela-sela pembicaraan informal, ada cerita menarik dari pimpinan Laboratory Service-nya yang baru pulang dari Jepang.
Begini ceritanya. Dahulu ketika baru pertama kali ke Jepang dan masih menjadi perokok aktif, dia ditemui oleh kliennya yang merupakan orang Jepang. Sambil menunggu bis yang akan mengantarnya ke lokasi, dia mengajak ngobrol rekan barunya sambil menghisap rokok kesayangannya dari Indonesia. Setelah selesai merokok, seperti kebiasaan di Indonesia, langsung di matikan api di puntung rokoknya, dan membuang begitu saja di jalanan. Menurutnya, aneh sekali negara semaju ini gak ada tong sampah.
Hal yang mengejutkan terjadi. Teman Jepangnya tiba-tiba mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Setelah menghisap satu kali, segera dimatikan rokoknya, dibungkus dengan tisu dan dimasukkan ke dalam tasnya. Kontan saja sambil menahan malu yang luar biasa dia mengambil puntung rokok yang tadi dibuang dijalan, dan dimasukkan ke dalam tas seperti yang dilakukan orang Jepang.
Sebelum mengucapkan sesuatu, orang Jepang itu yang langsung berkata, "kamu tidak perlu melakukan seperti saya, ini kan negara saya bukan Indonesia". Kata-kata tersebut membuatnya tambah tidak enak saja. Dia menjawab, "Maaf pak, saya tidak seharusnya melakukan seperti tadi. Ini kebiasaan bagus yang harus saya tiru."
Jadi teringat beberapa hal penting yang diajarkan di sekolah dasar, yang saya dapatkan dari anak saya, seperti bagaimana membuang sampah pada tempatnya atau dibawa pulang, menghormati orang dan antri. Bahkan orang yang membawa anjing berkeliling juga harus membawa air untuk menyiram dan kantong untuk menampung kotoran bila tiba-tiba si anjing buang air kecil atau besar.
Pelajaran dari kisah di atas, tidak perlu malu mengakui kesalahan dan belajar memang bisa dari siapa saja...
No comments:
Post a Comment