Pages

Thursday, 19 March 2015

Si Comel

Tadi malam, di tengah makan malam bersama, tanpa sebab yang jelas tiba-tiba Fiya menutup muka dengan kedua tanggannya sambil menangis.  Sampai selesai makan dia gak mau cerita penyebabnya menangis.  Selesai makan, Fiya minta dipangku sambil dipeluk.  Lalu kakaknya, Chacha, sambil masih menikmati dinner buatan abinya, berkata, Abi tadi waktu Chacha cerita tentang si Comel (panggilan sayang untuk adik kecilnya, Aisyah) Chacha juga hampir mau nangis.

Lho, ada apa ini koq tiba-tiba dua-duanya jadi melow.

Hari ini Ummi dan Aisyah memang saya ijinkan untuk pergi dan menginap satu malam.  Si Ummi minta ijin mengajar dua hari di Serang.  Ketika menerima tawaran, dikira tempatnya dekat dan bisa dijangkau dengan pulang pergi, ternyata harus menginap. Jadilah saya kasih ijin dengan catatan, Aisyah juga dibawa.

Fiya terus bilang, tadi waktu makan Fiya kangen sama Ummi. pengin makan sama Ummi. Dia terus cerita sambil terus memeluk abinya.  Hmmmm, baru aja ditinggal sehari...

Jadilah untuk mengusir rasa kangen, mereka saya ajak naik motor mencari dan membeli makanan kesukaan mereka.  Kembali kerumah, mereka saya kasih HP untuk telp Umminya, lalu di rumah saya ajak mengulang pelajaran Qiraati dan Iqra sampai mereka mengantuk.  Sebelum tidur, Fiya minta diceritakan tentang Rasulullah. Saya ceritakan kisah seorang wanita kulit hitam yang punya penyakit ayan/epilepsi, yang minta didoakan oleh Rasulullah agar penyakitnya sembuh.  Rasulullah memberi pilihan, didoakan agar penyakitnya sembuh atau dia bersabar atas penyakitnya sehingga mendapat balasan surga atas kesabarannya mempunyai penyakit itu.  Wanita itu memilih bersabar, tetapi minta Rasul mendoakan agar bila penyakitnya kambuh, auratnya tidak tersingkap.  Sabar. Itu sesuatu yang amat berharga yang harus dimiliki setiap orang.  Cerita selesai, Fiya mengantuk dan tidak lama kemudian tertidur.  Seperti biasa, setelah mata mereka terpejam, saya cium dan berdoa untuk kebaikan mereka.  Setelah itu gantian, saya yang keluar air mata...Maafkan abi nak.

Sepulang kerja, saya sudah semaksimal mungkin berusaha memainkan peran sebagai seorang Ibu.  Saya buatkan mereka makanan dan makan bersama; saya minta mereka sholat maghrib dan isya berdua berjamaah (sementara saya ke masjid), saya ajak mereka bermain; bersama-sama mengulang pelajaran dan menyiapkan untuk pelajaran besok, Tetapi, betapapun telah berusaha dengan keras, saya tidak akan pernah bisa menggantikan peran seorang Ibu.  Bagaimanapun dekatnya mereka dengan abinya, tetap sosok Ummi yang selalu diinginkan.  Seberapapun 'galaknya' ummi ke mereka, tetap saja mereka tidak rela lepas walau semalam.

No comments:

Post a Comment