Pages

Friday, 20 December 2013

Aisyah Hannani Harjanto

Cerita tentang kemuliaan dan kehebatan seorang wanita
yang menjadi perantara pencegah kepunahan manusia

Kurang lebih sembilan bulan lamanya
Awalnya disambut dengan suka cita
Tak peduli apapun yang akan terjadi setelahnya
Rasa mual, muntah dan lainnya bukanlah derita

Semakin berat janin dibawa, semakin sering lisannya berdoa
Pun hingga masanya telah tiba
Rasa sakit yang tiada tara, bercampur dengan keringat, darah dan airmata
mengiringi kelahiran belahan jiwa

Tak ada keluh kesah, justru yang ada rasa bahagia
Sulit melukiskan beban dan pengorbanannya
Bila meresapi apa yang telah dijalaninya
Masihkah ada seorang anak yang berani durhaka?
Masihkah ada seorang suami yang tega menyakiti istrinya?

Bukankah seharusnya hanya doa yang pantas terkata
Semoga setiap rasa sakit yang dirasa
Setiap tetes keringat, darah dan airmata
Menjadi sebab berguguran seluruh dosa
dan dicatat sebagai amal ibadah kepada-Nya.


Nagasaki, 20 Des 2013. 
Selamat datang Aisyah Hannani Harjanto

Friday, 6 December 2013

Selayaknya anggota tubuh

Sesuai fitrahnya sebagai makhluk sosial dan juga makhluk yang lemah, telah menjadi keniscayaan bahwa manusia perlu bersosialiasi karena saling membutuhkan.  Sangat rugi bila selama hidupnya manusia hanya menebar kebencian dan permusuhan yang dapat menjauhkan dirinya dari lingkungan sekitar.

Kata-kata bijak bahwa 1000 orang teman terasa kurang namun 1 orang musuh terlalu banyak mengajarkan kita untuk memperbanyak sahabat dan jangan sampai mempunyai musuh.  Bersahabat bukan bertujuan untuk menghitung untung rugi apalagi dimanfaatkan sebagai sarana menonjolkan diri sendiri.   

Selayaknya sepasang mata yang selalu menangis dan berkedip bersamaan meski keduanya tak pernah sekalipun saling menatap.  Demikianlah ketika sahabat tertimpa musibah, diperlukan empati meskipun kita tidak sedang mendapatkan musibah yang sama.

Seperti  sepasang kaki yang melangkah bergantian tanpa pernah berebut untuk saling melangkah lebih dulu antara kanan dan kiri.  Bersahabat tidak perlu saling iri ketika salah satu sedang berada di depan kesuksesan sedang yang lain tertinggal di belakang.  Sahabat bukalah pesaing.  Bisa membantunya meraih sukses sesungguhnya akan menambah kemuliaan hidup kita.

Bagaikan sepasang tangan yang saling membutuhkan ketika bertepuk.  Tepukan yang keras hanya dapat terjadi ketika kedua tangan bergerak bersamaan.  Tepukan akan lebih lemah bila hanya salah satu tangan yang bergerak, dan tidak akan terjadi bila keduanya tidak bergerak. Bersahabat haruslah didasari rasa saling membutuhkan dengan menjauhi anggapan merasa lebih superior dibanding yang lain karena tidak ada manusia yang sempurna. 

Akhirnya, puncak persahabatan terjadi ketika satu sama lain bisa saling merasakan kesusahan. Sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah.  “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)