Sesuai fitrahnya sebagai makhluk sosial dan juga makhluk
yang lemah, telah menjadi keniscayaan bahwa manusia perlu bersosialiasi karena saling
membutuhkan. Sangat rugi bila selama hidupnya
manusia hanya menebar kebencian dan permusuhan yang dapat menjauhkan dirinya
dari lingkungan sekitar.
Kata-kata bijak bahwa 1000 orang teman terasa kurang namun 1
orang musuh terlalu banyak mengajarkan kita untuk memperbanyak sahabat dan jangan
sampai mempunyai musuh. Bersahabat bukan
bertujuan untuk menghitung untung rugi apalagi dimanfaatkan sebagai sarana menonjolkan
diri sendiri.
Selayaknya sepasang mata yang selalu menangis dan berkedip
bersamaan meski keduanya tak pernah sekalipun saling menatap. Demikianlah ketika sahabat tertimpa musibah, diperlukan
empati meskipun kita tidak sedang mendapatkan musibah yang sama.
Seperti sepasang kaki
yang melangkah bergantian tanpa pernah berebut untuk saling melangkah lebih
dulu antara kanan dan kiri. Bersahabat tidak
perlu saling iri ketika salah satu sedang berada di depan kesuksesan sedang
yang lain tertinggal di belakang. Sahabat
bukalah pesaing. Bisa membantunya meraih
sukses sesungguhnya akan menambah kemuliaan hidup kita.
Bagaikan sepasang tangan yang saling membutuhkan ketika
bertepuk. Tepukan yang keras hanya dapat
terjadi ketika kedua tangan bergerak bersamaan.
Tepukan akan lebih lemah bila hanya salah satu tangan yang bergerak, dan
tidak akan terjadi bila keduanya tidak bergerak. Bersahabat haruslah didasari
rasa saling membutuhkan dengan menjauhi anggapan merasa lebih superior dibanding
yang lain karena tidak ada manusia yang sempurna.
Akhirnya, puncak persahabatan terjadi ketika satu sama lain bisa
saling merasakan kesusahan. Sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah. “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal
saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika
salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya
dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)
No comments:
Post a Comment