Ramadhan segera memasuki fase terakhir. Ada yang telah bersiap-siap menyambut lebaran, berkemas untuk pulang kampung atau masih disibukkan dengan undangan berbuka puasa bersama. Tetapi, tidak sedikit juga yang semakin giat beribadah demi meraih kemuliaan malam lailatul qadr. Kita termasuk yang mana? silahkan menghisab diri, merenungi perjalanan hidup dan kesempatan meraih pengampunan di bulan suci serta bagaimana kita memanfaatkan setiap detik Ramadhan.
Anyway, setiap orang mungkin punya pengalaman tersendiri selama bulan Ramadhan. Ini memang bulan yang sangat istimewa, yang Rasulullah gambarkan andai kita tahu keistimewaannya tentu setiap orang akan berharap sepanjang tahun selalu Ramadhan.
Sebelum masuk Ramadhan, saya punya PR besar yang agak kuatir bisa diselesaikan, yaitu mengajarkan putri pertama (Chacha, 7.5 tahun) dan kedua (Fiya, 5 tahun) saya berpuasa. Maklum, selama tiga tahun di Nagasaki belum pernah sekalipun mereka berpuasa. Bukan apa-apa, lingkungan sangat mempengaruhi mental mereka. Tahun lalu sebenarnya saya sudah mencoba melatih Chacha berpuasa tetapi di sekolah selalu ada makan siang bersama sehingga dia tidak mau beda dengan teman-temannya karena itu berarti harus menjelaskan. Sesuatu yang masih sangat sulit dilakukan, entah karena kesulitan bahasa atau faktor lainnya.
Persiapan dilakukan dengan memberi penjelasan tentang puasa, seperti harus bangun sahur sebelum shubuh dan tidak boleh makan dan minum sampai maghrib. Terus terang, saya tidak yakin apakah mereka akan bisa bangun sahur dan tahan tidak makan minum sampai maghrib. Hari pertama puasa mereka berdua kompak menangis tidak mau dibangunkan sahur. Butuh waktu sekitar setengah jam hanya untuk membangunkan dan mendiamkan tangisan mereka.
Hari pertama, kami pergi melawat sahabat baik kami selama di Nagasaki yang meninggal tepat di tanggal 1 Ramadhan di kediamannya di daerah Ciputat. Tentu saja melakukan perjalanan di saat terik bulan Ramadhan terasa lebih lelah dibanding hari biasa. Di tengah perjalanan, Fiya sudah menyerah minta minum. Chacha? ketika sampai di rumah, selepas shalat dzuhur dia mulai menangis tidak tahan haus dan lapar. Karena tidak tega, saya mengijinkannya untuk berbuka.
Sedih juga melihat kenyataan saya belum berhasil mengajarkan anak-anak berpuasa. Saya adukan kelemahan saya ini kepada Sang Pencipta manusia. Saya masih bisa memaklumi untuk Fiya karena masih 5 tahun, tetapi Chacha sudah cukup besar, seharusnya sudah kuat berpuasa. Ketika mengijinkan berbuka, saya hanya bisa berpesan agar besok tetap coba berpuasa.
Hari kedua. Seperti hari pertama, keduanya masih kompak menangis dibangunkan sahur. Hmmm, teringat ketika di rumah dulu, saya sering dimarahin Ibu dan Bapak karena sulit sekali dibangunkan sahur. Like father like daughters. Membangunkan sahur benar-benar menguji kesabaran Umminya.
Ketika sampai di rumah sepulang kerja, hal pertama yang saya ingin tahu adalah mereka sudah buka sejak jam berapakah? Saat parkir motor, Fiya langsung menyambut dengan tawa khasnya sambil teriak, "Abi, Fiya udah buka dari jam 11" hmmmm, lumayan ada kemajuan... Kemana Chacha? koq tumben gak ada suara khasnya menyambut kepulangan abinya. Setelah masuk ke dalam rumah, saya lihat Chacha tergelatak di tikar dengan wajah kuyu, sambil memegang perutnya. "Abi, Chacha belum buka, tapi sekarang perut Chacha sakit, terus lehernya panas. Mungkin karena lapar sama haus ya".
Saya langsung mendatangi dan menyemangatinya, berusaha ikut merasakan apa yang sedang dia rasakan. Perhatiannya berusaha saya alihkan dengan apa yang dia suka. Bercanda, main game kesukaannya, ajak jalan-jalan naik motor, dsb sampai tiba waktu maghrib. Alhamdulillah, Chacha kuat puasa sampai maghrib. Subhanallah...
Hari ketiga, keempat dan kelima masih ada keluhan perut sakit atau leher panas, tapi tetap kuat berpuasa sampai maghrib. Ketika mulai masuk sekolah pun sama sekali tidak ada keluhan lagi keluar darinya. Lingkungan sekolahnya (SD Insantama) telah banyak membantu mengajarkan Chacha tentang puasa dan bagaimana mengisi kegiatan di bulan Ramadhan. Meskipun masih saja masih saja dihadapkan pada problem membangunkan sahur, saya tetap bersyukur Chacha terbiasa berpuasa. Fiya? biarlah dia masih berfluktuasi jam berbukanya. Kemarin dia laporan buka puasa jam 4 sore, karena gak tahan lihat pisang goreng.....
Mendengar suara tangisanmu, berat rasanya mengganggu tidur lelapmu
tapi akan lebih berat lagi bila engkau tidak dibekali sejak dini
Kelak engkau akan tahu betapa besar kasih sayangku
ketika engkau telah mampu memahami perkataan mulia sang Nabi:
"Sahur adalah berkah, oleh karena itu janganlah kalian meninggalkannya meskipun dengan menelan seteguk air. Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya memberikan shalawat kepada orang-orang yang makan sahur (HR. Ahmad)"
No comments:
Post a Comment