Pages

Monday, 11 August 2014

Kebiasaan

Ada banyak cerita menarik dari seseorang yang pulang dari tanah suci, apalagi umrah di hari-hari terakhir Ramadhan.  Siapaun akan merindukan mengucapkan doa saat malam lailatul qadr dan di tempat terbaik melaksanakan ibadah (masjidil haram).  Menurut cerita, di sepuluh malam terkahir Ramadhan tidak ada yang melewatkan dengan tidur. Tarawih satu juz dimulai pukul 21.00an dan berakhir hingga sekitar pukul 24.00 .  Selepas istirahat hampir satu jam, lanjut shalat tahajud hingga pukul 3.00, lalu sahur dan shalat shubuh.  Tidur dilakukan setelah shalat dhuha sampai menjelang shalat dzuhur, yang paling banyak 2 jam.

Sesampai di tanah air, kebiasaan tidak tidur semalam masih terbawa.  Begitulah, sesuatu yang awalnya terasa berat, ketika dilakukan secara rutin bisa menjadi sesuatu yang biasa saja.  Orang yang terbiasa puasa senin-kamis akan menyambut ramadhan dengan lebih bergembira dibanding yang tidak biasa; yang punya kebiasaan shalat berjamaah akan merasa berat ketika meninggalkannya; yang sudah rutin mengalokasikan hartanya untuk zakat, infaq dan shadaqah tidak akan merasa berat mengeluarkan berapapun besarnya. 

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Jepang bersama dua bidadari kecil yang saat itu berusia 4 dan 1.5 tahun, saya tidak terbayang bagaimana keduanya akan bersosialisasi dengan teman-teman sebaya dengan perbedaan bahasa.  Tetapi setelah 6 bulan ditempatkan di  hoikuen (daycare), mereka bisa akrab dengan teman-temanya karena setiap hari dibiasakan berkomunikasi menggunakan bahasa disana.

Demikian pula yang mempunyai kebiasaan buruk, sulit sekali melepaskannya.  Saya pernah mempunyai asisten rumah tangga yang ternyata suka mengambil barang milik orang lain tanpa ijin.  Ketika kami ajak ke rumah orang tua, banyak barang-barang 'nganggur' seperti HP, uang di saku dan di celengan, dll diambilnya dengan alasan yang aneh 'nemu'.  Hebatnya, selama seminggu melakukan aksinya tidak ada satupun orang yang memergokinya.

Orang-orang hebat, baik dalam hal baik atau buruk, umumnya bisa melakukan aktifitas tersebut setelah melakukannya berkali-kali atau menjadikan aktifitas tersebut sebagai kebiasaannya.  Istilah yang sering digunakan adalah tergantung 'jam terbang'.  Kebiasaan baik perlu dilakukan sejak masih muda, sehat dan kuat, agar ketika fisik sudah melemah dan tidak mampu lagi melakukannya, berniat melakukannya saja akan dihitung sebagai pahala.  Atau jikapun tiba-tiba umur didunia sudah berakhir, nyawa kita diambil ketika sedang melakukan kebiasaan baik. Sayang sekali jika sewaktu muda, sehat dan kuat malah digunakan untuk melakukan kebiasaan yang buruk.  Wallahualam

No comments:

Post a Comment