Pages

Thursday, 28 May 2015

Cemburu

Di status FB Jamil Azzaini tanggal 22 Mei 2015 ada artikel menarik dengan judul 'Cemburu itu Perlu'.  Menurut Inspirator Sukses Mulia yang sering dipanggil dengan sebutan 'Kek Jamil' tersebut, salah satu bumbu cinta dalam rumah tangga yang harmonis adalah rasa cemburu.  'Kamu bukanlah laki-laki apabila tidak pernah cemburu dengan istrimu'.

Ada tiga hal yang bisa menimbulkan rasa cemburu bagi suami dan perlu dihindari wanita.  Pertama, bila sang istri berjanji bertemu dengan laki-laki dewasa lain tanpa izin atau memberitahu suami.  Tidak peduli apakah pertemuan itu di luar rumah atau di rumah sendiri, seorang istri perlu membiasakan diri untuk meminta izin suami bila hendak bertemu laki-laki dewasa lain.

Kedua, bila sang istri menceritakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki lelaki lain, baik dalam hal karir, bisnis, fisik, kepandaian, dsb.  Membandingkan suami dengan lelaki lain hanya akan membuat timbul rasa cemburu suami.  Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga lebih baik fokus pada kelebihan suami tanpa perlu membandingkan dengan yang lain sehingga suami tidak merasa lemah atau kecil di mata istri sementara lelaki lain terlihat lebih hebat.

Ketiga, sang istri sibuk melayani atau bercengkrama dengan orang lain sehingga mengabaikan suami dan anak-anaknya.  Biasanya terjadi saat pertemuan keluarga, acara pernikahan, reuni atau pertemuan besar lainya yang melibatkan pertemuan dengan teman-teman lamanya, apalagi bila kesibukan bercengkramanya adalah dengan lelaki lain sampai melupakan suami dan anaknya.

Itu adalah tiga hal yang bisa menimbulkan rasa cemburu suami kepada istri yang dituliskan oleh Kek Jamil, yang semuanya gue banget', dengan beberapa tambahan berikut.  Termasuk yang dalam kategori ketiga versi saya adalah bila istri terlalu sibuk bekerja hingga waktu dan perhatiannya berkurang untuk suami dan anaknya.  Seberapa pun sibuk bekerja, tidak ada alasan untuk tidak telp anak-anak di rumah meskipun hanya sekedar menanyakan apakah mereka sudah shalat, makan, tidur siang, dsb.

Termasuk dalam kategori yang kedua, menurut pengamatan saya, meskipun tidak selalu, terkadang ada juga suami yang cemburu ketika istrinya mempunyai karir yang lebih baik, tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau gaji yang lebih besar. Kondisi ini sering menimbulkan suasana yang kurang enak terlebih ketika istri menceritakan kesibukan pekerjaannya yang suami tidak punya pengetahuan dan pengalaman disana. Suami akan merasa lebih kecil dan lemah merupakan bibit munculnya kecemburuan.

Tambahan lain veris saya untuk kategori pertama adalah yang berkenaan dengan ijin suami.  Tidak hanya untuk keperluan bertemu dengan lelaki dewasa lain, bahkan untuk berbagai keperluan lain pun seorang istri perlu terbiasa meminta ijin suami.  Sebagai contoh, seorang istri yang bekerja kemudian mendapat tugas dinas luar kota, sebelum menyatakan kesediaan kepada atasannya, jauh lebih baik meminta ijin dari suaminya. Bukan dibalik, setelah mendapat tugas, baru memberitahu suami.

Perasaan cemburu suami tidak perlu dimuntahkan dalam bentuk kemarahan, kata-kata yang menyakitkan apalagi tindakan fisik.  Percayalah, penyesalah yang akan timbul, seperti penggalan lagunya Sheila on 7 ini:

Takkan kubiarkan kau menangis
Takkan kubiarkan kau terkikis
Terluka perasaan oleh semua ucapanku
Maafkanlah semua sifat kasarku
Bukan maksud untuk melukaimu
Aku hanyalah orang yang penuh rasa cemburu
Bila kau tak disampingku

Seorang istri adalah bidadari bagi suaminya dan panutan bagi anak-anaknya di rumah.  Tugas yang sangat berat, tetapi sangat mulia.  Mulai dari mengerjakan hal-hal besar dan berat, hingga menjaga perasaaan cemburu suaminya.  Suami yang mulai muncul rasa cemburunya tidak perlu mengumbar emosinya dengan sifat kasar atau perkataan menyakitkan yang dapat melukai perasaan.  Apalagi, jangan-jangan istri juga mempunyai parameter rasa cemburu yang lebih banyak dari suami dan suami cenderung cuek dengan perasaan istri.

Friday, 8 May 2015

Parenting 2: Kebutuhan, keinginan atau pemikiran?


Salah satu oleh-oleh parenting adalah pemahaman terhadap perbedaan antara kebutuhan, keinginan atau pemikiran dalam merespon tingkah laku anak.  Apa maksudnya?

Ini sebenarnya implementasi dari tulisan sebelumnya tentang gharizah.  Manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan jasmani dan naluri (gharizah).  Kebutuhan jasmani adalah sesuatu yang harus dipenuhi, karena kalau tidak akan sampai berakibat kematian.  Contohnya adalah kalau lapar, harus makan, haus harus minum, kedinginan, kepanasan, dll.  

Lain halnya dengan gharizah yang kalau tidak dipenuhi tidak sampai menimbulkan kematian, tetapi bisa membuat seseorang gelisah.  Untuk pembahasan anak-anak ini dibatasi pada gharizah baqa, yang salah satu wujudnya adalah keinginan untuk memiliki atau mendapatkan sesuatu.

Pemahaman terhadap konsep ini akan membantu orang tua dalam merespon permintaan anak.  setiap kasus tentu mempunyai cara penyelesaiannya sendiri. Sebagai contoh saja, ketika seorang ayah pulang kerja, lalu setiap hari anaknya bertanya apakah bawa makanan?permintaan anak ini bisa dianalisa sebagai berikut.

Apabila permintaan tersebut adalah kebutuhan, artinya si anak memang lapar dan saat itu tidak mau makan malam kecuali dengan ayahnya maka itu merupakan kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi oleh ayah.  Tetapi bisa saja permintaan tersebut hanya karena si anak ingin memiliki sesuatu. Misalnya ingin martabak spesial, ice cream, sate ayam, dsb.  

Terhadap keinginan ini (yang bukan merupakan kebutuhan) yang merupakan wujud dari gharizah bawa, ayah tidak wajib memenuhi.  Ada dua hal yang bisa dilakukan yaitu mengalihkan atau menguatkan  Mengalihkan bisa saja dilakukan misalnya bila saat itu kondisi keuangan tidak memungkinkan sehingga anak dapat diberikan pengertian untuk memahami kondisi ayahnya.  Atau bisa dengan menguatkan, misalnya diberikan penjelasan bahwa malam hari tidak baik makan ice cream, lebih baik kita beli buah saja, kan tetap bisa makan dan lagi itu menyehatkan.

Lalu apa hubungannya dengan pemikiran?  Orang tua disarankan juga memahami perilaku anak yang di era keterbukaan informasi ini terpapar berbagai hal yang positif maupun negatif.  Bisa saja bahwa permintaan anak tersebut merupakan wujud dari pemahaman dia bahwa setiap ayah yang pulang kerja itu harus bawa makanan, kalau tidak itu tandanaya ayah tidak sayang.  Bila demikian, tugas orang tua harus menjelaskan bahwa wujud kasih sayang itu tidak mesti dengan membawa makanan.  Selalu mendoakan kebaikan itu juga merupakan wujud kasih sayang seorang ayah kepada anaknya.


Thursday, 7 May 2015

Pengingat waktu Shalat

Biarkan saja malam semakin pekat
itu tanda alami datangnya mentari
ikhlaskan saja cobaan yang semakin berat
karena sesudah kesulitan ada kemudahan menanti

Akan dijelang waktu shubuh
yang udaranya menyegarkan tubuh
maka tidak perlu lagi mengeluh
ada Allah tempat berteduh

Sambil menanti waktu dzuhur
sesekali ingatlah alam kubur
tempat tubuh kaku kan terbujur
dan perlahan-lahan akan hancur

Saat menyongsong waktu ashar
tanyakan, dapatkah lisan ini lancar?
ketika dihampiri malaikat nakir dan munkar
dengan pertanyaan yang mencecar

Maka tatkala datang waktu maghrib
bersegeralah melaksanakan perintah yang wajib
lengkapi dengan perintah sunnah dan rawatib
kelak amal kan jadi sahabat karib

Dan tersenyumlah menyambut waktu isya
sebagai pengingat yang sempurna
manusia dicipta 'tuk ibadah semata
hingga saat kembali pada-Nya

Wednesday, 6 May 2015

Parenting

Beberapa waktu lalu Chacha meminta saya untuk ikut kegiatan parenting di sekolahnya.  Dia beralasan, ini kegiatan yang wajib dihadiri oleh orang tua.  Singkat cerita, datanglah saya ke acara tersebut dengan full team.

Subhanallah, saya harus mengucapkan terima kasih ke Chacha yang sudah sedikit memaksa saya untuk datang karena banyak sekali informasi dan pelajaran yang belum saya ketahui tentang pendidikan anak.   Beberapa hal yang menarik dari kegiatan tersebut Insya Allah akan saya tuliskan dalam beberapa bagian.

Anak mempunyai sel otak yang terus berkembang hingga umur 12 tahun.  Dalam kaitannya dengan pendidikan, anak harus diberi kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan di berbagai bidang, tidak perlu dipaksakan untuk menekuni bidang tertentu.

Oleh karena itu sekolah ini mengajarkan bernyanyi (pantes aja Chacha beberapa kali minta abinya main gitar untuk nyanyi lagu 'Bunda' -nya Melly Goeslaw, Hymne Guru, dll).  Tetapi perlu dicatat bahwa kegiatan ini bukan untuk mengarahkan anak menjadi penyanyi, apalagi terus ikut kontes-kontesan.

Demikian juga diajarkan tentang ketrampilan berenang (dengan memisahkan waktunya antara laki-laki dan perempuan), berpuisi/berpantun, berkebun, berjualan, wisata alam, dll sesuai dengan porsinya sebagai anak kelas 2 SD.  Tentu saja, sebagai dasarnya tetap diajarkan kemampuan baca tulis hitung, Qiraati, pemahaman tentang syariat Islam, dsb.

Hal yang sangat menjadi perhatian adalah bahwa orang tua harus menjadi mentor utama bagi pendidikan anak serta menjadi tauladan bagi mereka.  Sebagai contoh, bila orang tua berkeinginan anaknya menjadi hafidz Quran, sudah selayaknya orang tuanya pun berusaha keras mencontohkan dengan sering membaca dan menghafal Quran.  Insya Allah akan menjadi motivasi ekstra bagi anak.

Selain tentang pelajaran, orang tua pun harus ikut 'mereview' kegiatan lain yang dilakukan anak di sekolah.  Hmmmm, saya jadi tahu kalau akhir-akhir ini Cahcha sering ngajak nyanyi 'Bunda' berarti mungkin di sekolahnya sedang diajarkan nyanyi lagi itu.  Satu lagi yang menggelitik adalah, orang tua sesekali sebaiknya membuat puisi untuk anaknya yang juga berguna bagi anak dalam melatih kemampuannya.  Tidak perlu panjang-panjang, untuk sekedar anak mengetahui tentang puisi yang berima.

Ngomong-ngomong, ulama-ulama atau ilmuwan muslim dahulu umumnya adalah seorang polymath, yaitu orang yang menguasai berbagai bidang ilmu.  Ketika kita mengenal Al Biruni sebagai ahli astronomi, ternyata beliau telah hafal Quran sejak sebelum baligh, ahli fiqih, ahli geografi, matematika, sejarah, kedokteran, dan ketinggalan juga......ahli syair/sastra, terbukti dengan bukunya yang ditulis di berbagai bidang tersebut.

Saat ditanya cita-cita, anak saya menjawab banyak, dan yang agak mengagetkan adalah jawaban Fiya.  Dia ingin jadi ibu rumah tangga, ingin jadi hafidzah, ingin jualan kue ulang tahun, ingin banyak menolong orang dan terakhir ingin masuk surga.   Hmmmmm, sepertinya bukan tugas yang ringan untuk orang tua seperti saya yang memiliki kemampuan dan pengetahuan terbatas.