Ada kisah menarik yang bersumber dari sharing status FB seseorang, meskipun wallahu alam ini kisah nyata atau bukan, yang bisa di ambil hikmahnya di kondisi saat ini. Dikisahkan seorang yang baru memulai usahanya di suatu daerah mendapat tiga tawaran untuk mempresentasikan perusahaan (atau produk perusahaannya?) di Jakarta beberapa hari lagi. Tetapi panggilan itu dihari yang berbeda dalam satu minggu, yaitu Senin, Rabu dan Jumat sore.
Ada dua pilihan untuk memenuhi ketiga panggilan tersebut. Pertama, naik pesawat disetiap hari panggilan (Senin, Rabu dan Jumat) sehingga tidak perlu menginap di Jakarta, atau naik kereta tetapi menginap selama seminggu di Jakarta. Dengan kondisi keuangannya yang tidak memadai, kedua opsi itu sangat tidak memungkinkan. Menolak salah satu atau dua panggilan tersebut sama saja menghilangkan kesempatan emas dan menjatuhkan reputasi perusahaan barunya itu.
Ia mulai mengeluh. Mengapa jadwal dan pilihannya sedemikian ruwet dan menyulitkan. Di tengah kegelisahannya, dia cerita ke temannya mengenai permasalahan yang dihadapinya itu, berharap ada solusi cerdas yang bisa diberikan. Bukannya solusi terhadap masalah yang dihadapi, temannya itu malah bertanya, "Jam berapa kamu kalau shalat shubuh?". Seketika dia agak jengkel dengan pertanyaan itu seraya menggerutu dalam hati, "lagi curhat masalah, malah nanya jadwal shalat shubuh gue lagi".
Pertanyaan berikutnya diajukan, "kalau shalat dzuhur, jam berapa?, shalat ashar? shalat maghrib? shalat isya?". Semua jadwal shalat ditanyakan. Meskipun malas menjawabnya, tetapi karena dia yang memulai curhat, terpaksalah dijawabnya. "eee, shalat shubuh saya masih sering kesiangan hehehe, biasanya sih setengah enam lah, dzuhur kadang-kadang di deketin sama waktu ashar biar sekalian. Begitu juga maghrib sama isya. Tapi ya kadang-kadang tepat waktu juga sih, maklum lah sering sibuk sama kerjaan". Begitu jawabnya setengah males, karena jadi membuka kekacauan shalatnya.
Temannya tersenyum ramah sambil berkata. "Mulai sekarang, cobalah shalat shubuh tepat waktu di masjid, begitu juga dengan dzuhur, ashar, magrib dan isya. Jangan ditunda dan diakhirkan. Shalatlah di awal waktu. Usahakan tambahkan dengan sunnah rawatib, dhuha dan tahajud".
Dia sih iya, iya aja dengan nasehat temannya itu. "Lagi gelisah dengan masalah panggilan kerjaan, malah dinasehatin suruh shalat tepat waktu", sambil berlalu dia melanjutkan keluhannya dalam hati.
Dua hari berlalu sejak pertemuan itu, dan dia sudah melupakan dan tidak mempedulikan nasehat temannya. Belum ada solusi dari permasalahannya yang dihadapinya. Kemudian dia berpikir, "ah, coba aja jalanin nasehat temanku itu, toh gak keluar biaya apa-apa. Cuma shalat tepat waktu doang" gumamnya.
Lalu mulailah ia dengan kebiasan barunya itu. Berat sekali rasanya. Harus bangun sebelum shubuh, lalu datang ke masjid. Menghentikan pekerjaannya ketika adzan dzuhur berkumandang. Mengendurkan dan mengalihkan pikirannya ketika masuk waktu ashar, serta berdiam diri di masjid saat maghrib dan isya. Sebisa mungkin ditambah dengan rawtib, dhuha dan tahajud. Semuanya demi shalat tepat waktu. Meskipun berat, sudah dua hari ini dia menjalaninya. Tetap saja tidak ada perubahan dan pemecahan solusi masalahnya.
Ada sedikit keputusasaan. Tetapi dia lalu berpiir, "ah, biarin aja. Terusin aja tetap shalat sesuai jadwal, toh gak ada ruginya dan gak keluar biaya apa-apa". Perasaan lebih rileks terhadap masalahnya mulai muncul. Hari berikutnya dia menerima telepon. "Pak, mohon maaf. Pak Direktur hari Senin ada pertemuan penting yang tidak bisa ditinggalkan, jadi jadwal dengan Bapak di tunda dulu sampai waktu yang belum ditentukan".
Bukannya solusi yang didapatkan, malah penundaan salah satu jadwalnya. Mulai muncul sifat manusiawinya berupa keputusasaan. Namun lagi-lagi tetap saja dia berujar, "ah, biarin aja, toh masih ada dua lagi". Dia tetap istiqamah memelihara shalatnya. Hari berikutnya dia mendapat telepon lagi. "Pak, mohon maaf, jadwal yang hari Rabu terpaksa kami cancel, karena Pak Direktur mempunyai jadwal lain yang harus dihadiri. Kalau Bapak tidak keberatan, jadwalnya kami geser menjadi Jumat pagi pukul 09.30". Langsung saja dia menjawab, "tidak masalah bu, saya setuju dengan jadwal baru itu. Insya Allah saya akan kesana pukul 09.30". Alhamdulillah, mulai ada solusi.
Di siang harinya, kembali telepon berbunyi. "Pak, saya hendak menyampaikan pesan dari Direktur kami. Kami menjadwalkan ulang pertemuan yang tadinya hari Senin menjadi hari Jumat pukul 13.30. Bila Bapak setuju, kami menunggu di kantor kami sesuai jadwal tersebut". Spontan dia menjawab, "Saya setuju Bu. Insya Allah saya akan datang sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan tersebut".
Kemudian dia bersujud sambil mengucapkan rasa syukur tiada terkira. Tiga jadwal yang awalnya terpisah, Senin, Rabu, Jumat, telah menjadi satu di hari Jumat pagi, siang dan sore. Subhanallah. Biaya bisa dihemat karena dia hanya perlu naik kereta ekonomi di malam hari, pergi ketiga perusahaan tersebut seharian di hari Jumat, dan kembali di malam hari. Tidak perlu menginap, tidak harus naik pesawat.
Cerita diatas telah memaksa saya untuk mengecek ulang jadwal shalat setiap hari. Jangan-jangan ketidakmampuan menghadapi berbagai kesulitan pekerjaan atau pengaturan jadwal kegiatan disebabkan karena tidak mampu menjaga shalat tepat waktu. Saya ulangi kisah tersebut ke isrti saya, dan memintanya untuk memperhatikan juga jadwal shalat dirinya dan anak-anak, sambil berpesan untuk saling mengingatkan shalat tepat waktu.
Allah Maha Mengatur. Allah Maha Berkehendak. Dia-lah penguasa alam semesta. Kadang kita hanya bisa mengeluh ketika berbagai kesulitan dan cobaan mendera, tetapi tidak sadar bahwa seringkali kita abai terhadap kewajiban sebagai seorang hamba kepada Sang Pencipta. Ketidakteraturan hidup kita boleh jadi akibat ketidakteraturan dalam menjalankan kewajiban yang ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa. Ampuni kami Ya Rahman.
Saturday, 5 September 2015
Thursday, 28 May 2015
Cemburu
Di status FB Jamil Azzaini tanggal 22 Mei 2015 ada artikel menarik dengan judul 'Cemburu itu Perlu'. Menurut Inspirator Sukses Mulia yang sering dipanggil dengan sebutan 'Kek Jamil' tersebut, salah satu bumbu cinta dalam rumah tangga yang harmonis adalah rasa cemburu. 'Kamu bukanlah laki-laki apabila tidak pernah cemburu dengan istrimu'.
Ada tiga hal yang bisa menimbulkan rasa cemburu bagi suami dan perlu dihindari wanita. Pertama, bila sang istri berjanji bertemu dengan laki-laki dewasa lain tanpa izin atau memberitahu suami. Tidak peduli apakah pertemuan itu di luar rumah atau di rumah sendiri, seorang istri perlu membiasakan diri untuk meminta izin suami bila hendak bertemu laki-laki dewasa lain.
Kedua, bila sang istri menceritakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki lelaki lain, baik dalam hal karir, bisnis, fisik, kepandaian, dsb. Membandingkan suami dengan lelaki lain hanya akan membuat timbul rasa cemburu suami. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga lebih baik fokus pada kelebihan suami tanpa perlu membandingkan dengan yang lain sehingga suami tidak merasa lemah atau kecil di mata istri sementara lelaki lain terlihat lebih hebat.
Ketiga, sang istri sibuk melayani atau bercengkrama dengan orang lain sehingga mengabaikan suami dan anak-anaknya. Biasanya terjadi saat pertemuan keluarga, acara pernikahan, reuni atau pertemuan besar lainya yang melibatkan pertemuan dengan teman-teman lamanya, apalagi bila kesibukan bercengkramanya adalah dengan lelaki lain sampai melupakan suami dan anaknya.
Itu adalah tiga hal yang bisa menimbulkan rasa cemburu suami kepada istri yang dituliskan oleh Kek Jamil, yang semuanya gue banget', dengan beberapa tambahan berikut. Termasuk yang dalam kategori ketiga versi saya adalah bila istri terlalu sibuk bekerja hingga waktu dan perhatiannya berkurang untuk suami dan anaknya. Seberapa pun sibuk bekerja, tidak ada alasan untuk tidak telp anak-anak di rumah meskipun hanya sekedar menanyakan apakah mereka sudah shalat, makan, tidur siang, dsb.
Termasuk dalam kategori yang kedua, menurut pengamatan saya, meskipun tidak selalu, terkadang ada juga suami yang cemburu ketika istrinya mempunyai karir yang lebih baik, tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau gaji yang lebih besar. Kondisi ini sering menimbulkan suasana yang kurang enak terlebih ketika istri menceritakan kesibukan pekerjaannya yang suami tidak punya pengetahuan dan pengalaman disana. Suami akan merasa lebih kecil dan lemah merupakan bibit munculnya kecemburuan.
Tambahan lain veris saya untuk kategori pertama adalah yang berkenaan dengan ijin suami. Tidak hanya untuk keperluan bertemu dengan lelaki dewasa lain, bahkan untuk berbagai keperluan lain pun seorang istri perlu terbiasa meminta ijin suami. Sebagai contoh, seorang istri yang bekerja kemudian mendapat tugas dinas luar kota, sebelum menyatakan kesediaan kepada atasannya, jauh lebih baik meminta ijin dari suaminya. Bukan dibalik, setelah mendapat tugas, baru memberitahu suami.
Perasaan cemburu suami tidak perlu dimuntahkan dalam bentuk kemarahan, kata-kata yang menyakitkan apalagi tindakan fisik. Percayalah, penyesalah yang akan timbul, seperti penggalan lagunya Sheila on 7 ini:
Takkan kubiarkan kau menangis
Takkan kubiarkan kau terkikis
Terluka perasaan oleh semua ucapanku
Maafkanlah semua sifat kasarku
Bukan maksud untuk melukaimu
Aku hanyalah orang yang penuh rasa cemburu
Bila kau tak disampingku
Seorang istri adalah bidadari bagi suaminya dan panutan bagi anak-anaknya di rumah. Tugas yang sangat berat, tetapi sangat mulia. Mulai dari mengerjakan hal-hal besar dan berat, hingga menjaga perasaaan cemburu suaminya. Suami yang mulai muncul rasa cemburunya tidak perlu mengumbar emosinya dengan sifat kasar atau perkataan menyakitkan yang dapat melukai perasaan. Apalagi, jangan-jangan istri juga mempunyai parameter rasa cemburu yang lebih banyak dari suami dan suami cenderung cuek dengan perasaan istri.
Ada tiga hal yang bisa menimbulkan rasa cemburu bagi suami dan perlu dihindari wanita. Pertama, bila sang istri berjanji bertemu dengan laki-laki dewasa lain tanpa izin atau memberitahu suami. Tidak peduli apakah pertemuan itu di luar rumah atau di rumah sendiri, seorang istri perlu membiasakan diri untuk meminta izin suami bila hendak bertemu laki-laki dewasa lain.
Kedua, bila sang istri menceritakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki lelaki lain, baik dalam hal karir, bisnis, fisik, kepandaian, dsb. Membandingkan suami dengan lelaki lain hanya akan membuat timbul rasa cemburu suami. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, sehingga lebih baik fokus pada kelebihan suami tanpa perlu membandingkan dengan yang lain sehingga suami tidak merasa lemah atau kecil di mata istri sementara lelaki lain terlihat lebih hebat.
Ketiga, sang istri sibuk melayani atau bercengkrama dengan orang lain sehingga mengabaikan suami dan anak-anaknya. Biasanya terjadi saat pertemuan keluarga, acara pernikahan, reuni atau pertemuan besar lainya yang melibatkan pertemuan dengan teman-teman lamanya, apalagi bila kesibukan bercengkramanya adalah dengan lelaki lain sampai melupakan suami dan anaknya.
Itu adalah tiga hal yang bisa menimbulkan rasa cemburu suami kepada istri yang dituliskan oleh Kek Jamil, yang semuanya gue banget', dengan beberapa tambahan berikut. Termasuk yang dalam kategori ketiga versi saya adalah bila istri terlalu sibuk bekerja hingga waktu dan perhatiannya berkurang untuk suami dan anaknya. Seberapa pun sibuk bekerja, tidak ada alasan untuk tidak telp anak-anak di rumah meskipun hanya sekedar menanyakan apakah mereka sudah shalat, makan, tidur siang, dsb.
Termasuk dalam kategori yang kedua, menurut pengamatan saya, meskipun tidak selalu, terkadang ada juga suami yang cemburu ketika istrinya mempunyai karir yang lebih baik, tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau gaji yang lebih besar. Kondisi ini sering menimbulkan suasana yang kurang enak terlebih ketika istri menceritakan kesibukan pekerjaannya yang suami tidak punya pengetahuan dan pengalaman disana. Suami akan merasa lebih kecil dan lemah merupakan bibit munculnya kecemburuan.
Tambahan lain veris saya untuk kategori pertama adalah yang berkenaan dengan ijin suami. Tidak hanya untuk keperluan bertemu dengan lelaki dewasa lain, bahkan untuk berbagai keperluan lain pun seorang istri perlu terbiasa meminta ijin suami. Sebagai contoh, seorang istri yang bekerja kemudian mendapat tugas dinas luar kota, sebelum menyatakan kesediaan kepada atasannya, jauh lebih baik meminta ijin dari suaminya. Bukan dibalik, setelah mendapat tugas, baru memberitahu suami.
Perasaan cemburu suami tidak perlu dimuntahkan dalam bentuk kemarahan, kata-kata yang menyakitkan apalagi tindakan fisik. Percayalah, penyesalah yang akan timbul, seperti penggalan lagunya Sheila on 7 ini:
Takkan kubiarkan kau menangis
Takkan kubiarkan kau terkikis
Terluka perasaan oleh semua ucapanku
Maafkanlah semua sifat kasarku
Bukan maksud untuk melukaimu
Aku hanyalah orang yang penuh rasa cemburu
Bila kau tak disampingku
Seorang istri adalah bidadari bagi suaminya dan panutan bagi anak-anaknya di rumah. Tugas yang sangat berat, tetapi sangat mulia. Mulai dari mengerjakan hal-hal besar dan berat, hingga menjaga perasaaan cemburu suaminya. Suami yang mulai muncul rasa cemburunya tidak perlu mengumbar emosinya dengan sifat kasar atau perkataan menyakitkan yang dapat melukai perasaan. Apalagi, jangan-jangan istri juga mempunyai parameter rasa cemburu yang lebih banyak dari suami dan suami cenderung cuek dengan perasaan istri.
Friday, 8 May 2015
Parenting 2: Kebutuhan, keinginan atau pemikiran?
Salah satu oleh-oleh parenting adalah pemahaman terhadap perbedaan antara kebutuhan, keinginan atau pemikiran dalam merespon tingkah laku anak. Apa maksudnya?
Ini sebenarnya implementasi dari tulisan sebelumnya tentang
gharizah. Manusia pada dasarnya memiliki
kebutuhan jasmani dan naluri (gharizah).
Kebutuhan jasmani adalah sesuatu yang harus dipenuhi, karena kalau tidak
akan sampai berakibat kematian. Contohnya
adalah kalau lapar, harus makan, haus harus minum, kedinginan, kepanasan,
dll.
Lain halnya dengan gharizah yang kalau tidak dipenuhi tidak
sampai menimbulkan kematian, tetapi bisa membuat seseorang gelisah. Untuk pembahasan anak-anak ini dibatasi pada
gharizah baqa, yang salah satu wujudnya adalah keinginan untuk memiliki atau
mendapatkan sesuatu.
Pemahaman terhadap konsep ini akan membantu orang tua dalam
merespon permintaan anak. setiap kasus tentu mempunyai cara penyelesaiannya sendiri. Sebagai contoh saja,
ketika seorang ayah pulang kerja, lalu setiap hari anaknya bertanya apakah bawa makanan?permintaan anak ini bisa dianalisa sebagai berikut.
Apabila permintaan tersebut adalah kebutuhan, artinya si anak memang lapar dan saat itu tidak mau makan malam kecuali dengan ayahnya maka itu merupakan kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi oleh ayah. Tetapi bisa saja permintaan tersebut hanya karena si anak ingin memiliki sesuatu. Misalnya ingin martabak spesial, ice cream, sate ayam, dsb.
Terhadap keinginan ini (yang bukan merupakan kebutuhan) yang merupakan wujud dari gharizah bawa, ayah tidak wajib memenuhi. Ada dua hal yang bisa dilakukan yaitu mengalihkan atau menguatkan Mengalihkan bisa saja dilakukan misalnya bila saat itu kondisi keuangan tidak memungkinkan sehingga anak dapat diberikan pengertian untuk memahami kondisi ayahnya. Atau bisa dengan menguatkan, misalnya diberikan penjelasan bahwa malam hari tidak baik makan ice cream, lebih baik kita beli buah saja, kan tetap bisa makan dan lagi itu menyehatkan.
Lalu apa hubungannya dengan pemikiran? Orang tua disarankan juga memahami perilaku anak yang di era keterbukaan informasi ini terpapar berbagai hal yang positif maupun negatif. Bisa saja bahwa permintaan anak tersebut merupakan wujud dari pemahaman dia bahwa setiap ayah yang pulang kerja itu harus bawa makanan, kalau tidak itu tandanaya ayah tidak sayang. Bila demikian, tugas orang tua harus menjelaskan bahwa wujud kasih sayang itu tidak mesti dengan membawa makanan. Selalu mendoakan kebaikan itu juga merupakan wujud kasih sayang seorang ayah kepada anaknya.
Thursday, 7 May 2015
Pengingat waktu Shalat
Biarkan saja malam semakin pekat
itu tanda alami datangnya mentari
ikhlaskan saja cobaan yang semakin berat
karena sesudah kesulitan ada kemudahan menanti
Akan dijelang waktu shubuh
yang udaranya menyegarkan tubuh
maka tidak perlu lagi mengeluh
ada Allah tempat berteduh
Sambil menanti waktu dzuhur
sesekali ingatlah alam kubur
tempat tubuh kaku kan terbujur
dan perlahan-lahan akan hancur
Saat menyongsong waktu ashar
tanyakan, dapatkah lisan ini lancar?
ketika dihampiri malaikat nakir dan munkar
dengan pertanyaan yang mencecar
Maka tatkala datang waktu maghrib
bersegeralah melaksanakan perintah yang wajib
lengkapi dengan perintah sunnah dan rawatib
kelak amal kan jadi sahabat karib
Dan tersenyumlah menyambut waktu isya
sebagai pengingat yang sempurna
manusia dicipta 'tuk ibadah semata
hingga saat kembali pada-Nya
itu tanda alami datangnya mentari
ikhlaskan saja cobaan yang semakin berat
karena sesudah kesulitan ada kemudahan menanti
Akan dijelang waktu shubuh
yang udaranya menyegarkan tubuh
maka tidak perlu lagi mengeluh
ada Allah tempat berteduh
Sambil menanti waktu dzuhur
sesekali ingatlah alam kubur
tempat tubuh kaku kan terbujur
dan perlahan-lahan akan hancur
Saat menyongsong waktu ashar
tanyakan, dapatkah lisan ini lancar?
ketika dihampiri malaikat nakir dan munkar
dengan pertanyaan yang mencecar
Maka tatkala datang waktu maghrib
bersegeralah melaksanakan perintah yang wajib
lengkapi dengan perintah sunnah dan rawatib
kelak amal kan jadi sahabat karib
Dan tersenyumlah menyambut waktu isya
sebagai pengingat yang sempurna
manusia dicipta 'tuk ibadah semata
hingga saat kembali pada-Nya
Wednesday, 6 May 2015
Parenting
Beberapa waktu lalu Chacha meminta saya untuk ikut kegiatan parenting di sekolahnya. Dia beralasan, ini kegiatan yang wajib dihadiri oleh orang tua. Singkat cerita, datanglah saya ke acara tersebut dengan full team.
Subhanallah, saya harus mengucapkan terima kasih ke Chacha yang sudah sedikit memaksa saya untuk datang karena banyak sekali informasi dan pelajaran yang belum saya ketahui tentang pendidikan anak. Beberapa hal yang menarik dari kegiatan tersebut Insya Allah akan saya tuliskan dalam beberapa bagian.
Anak mempunyai sel otak yang terus berkembang hingga umur 12 tahun. Dalam kaitannya dengan pendidikan, anak harus diberi kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan di berbagai bidang, tidak perlu dipaksakan untuk menekuni bidang tertentu.
Oleh karena itu sekolah ini mengajarkan bernyanyi (pantes aja Chacha beberapa kali minta abinya main gitar untuk nyanyi lagu 'Bunda' -nya Melly Goeslaw, Hymne Guru, dll). Tetapi perlu dicatat bahwa kegiatan ini bukan untuk mengarahkan anak menjadi penyanyi, apalagi terus ikut kontes-kontesan.
Demikian juga diajarkan tentang ketrampilan berenang (dengan memisahkan waktunya antara laki-laki dan perempuan), berpuisi/berpantun, berkebun, berjualan, wisata alam, dll sesuai dengan porsinya sebagai anak kelas 2 SD. Tentu saja, sebagai dasarnya tetap diajarkan kemampuan baca tulis hitung, Qiraati, pemahaman tentang syariat Islam, dsb.
Hal yang sangat menjadi perhatian adalah bahwa orang tua harus menjadi mentor utama bagi pendidikan anak serta menjadi tauladan bagi mereka. Sebagai contoh, bila orang tua berkeinginan anaknya menjadi hafidz Quran, sudah selayaknya orang tuanya pun berusaha keras mencontohkan dengan sering membaca dan menghafal Quran. Insya Allah akan menjadi motivasi ekstra bagi anak.
Selain tentang pelajaran, orang tua pun harus ikut 'mereview' kegiatan lain yang dilakukan anak di sekolah. Hmmmm, saya jadi tahu kalau akhir-akhir ini Cahcha sering ngajak nyanyi 'Bunda' berarti mungkin di sekolahnya sedang diajarkan nyanyi lagi itu. Satu lagi yang menggelitik adalah, orang tua sesekali sebaiknya membuat puisi untuk anaknya yang juga berguna bagi anak dalam melatih kemampuannya. Tidak perlu panjang-panjang, untuk sekedar anak mengetahui tentang puisi yang berima.
Ngomong-ngomong, ulama-ulama atau ilmuwan muslim dahulu umumnya adalah seorang polymath, yaitu orang yang menguasai berbagai bidang ilmu. Ketika kita mengenal Al Biruni sebagai ahli astronomi, ternyata beliau telah hafal Quran sejak sebelum baligh, ahli fiqih, ahli geografi, matematika, sejarah, kedokteran, dan ketinggalan juga......ahli syair/sastra, terbukti dengan bukunya yang ditulis di berbagai bidang tersebut.
Saat ditanya cita-cita, anak saya menjawab banyak, dan yang agak mengagetkan adalah jawaban Fiya. Dia ingin jadi ibu rumah tangga, ingin jadi hafidzah, ingin jualan kue ulang tahun, ingin banyak menolong orang dan terakhir ingin masuk surga. Hmmmmm, sepertinya bukan tugas yang ringan untuk orang tua seperti saya yang memiliki kemampuan dan pengetahuan terbatas.
Subhanallah, saya harus mengucapkan terima kasih ke Chacha yang sudah sedikit memaksa saya untuk datang karena banyak sekali informasi dan pelajaran yang belum saya ketahui tentang pendidikan anak. Beberapa hal yang menarik dari kegiatan tersebut Insya Allah akan saya tuliskan dalam beberapa bagian.
Anak mempunyai sel otak yang terus berkembang hingga umur 12 tahun. Dalam kaitannya dengan pendidikan, anak harus diberi kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan di berbagai bidang, tidak perlu dipaksakan untuk menekuni bidang tertentu.
Oleh karena itu sekolah ini mengajarkan bernyanyi (pantes aja Chacha beberapa kali minta abinya main gitar untuk nyanyi lagu 'Bunda' -nya Melly Goeslaw, Hymne Guru, dll). Tetapi perlu dicatat bahwa kegiatan ini bukan untuk mengarahkan anak menjadi penyanyi, apalagi terus ikut kontes-kontesan.
Demikian juga diajarkan tentang ketrampilan berenang (dengan memisahkan waktunya antara laki-laki dan perempuan), berpuisi/berpantun, berkebun, berjualan, wisata alam, dll sesuai dengan porsinya sebagai anak kelas 2 SD. Tentu saja, sebagai dasarnya tetap diajarkan kemampuan baca tulis hitung, Qiraati, pemahaman tentang syariat Islam, dsb.
Hal yang sangat menjadi perhatian adalah bahwa orang tua harus menjadi mentor utama bagi pendidikan anak serta menjadi tauladan bagi mereka. Sebagai contoh, bila orang tua berkeinginan anaknya menjadi hafidz Quran, sudah selayaknya orang tuanya pun berusaha keras mencontohkan dengan sering membaca dan menghafal Quran. Insya Allah akan menjadi motivasi ekstra bagi anak.
Selain tentang pelajaran, orang tua pun harus ikut 'mereview' kegiatan lain yang dilakukan anak di sekolah. Hmmmm, saya jadi tahu kalau akhir-akhir ini Cahcha sering ngajak nyanyi 'Bunda' berarti mungkin di sekolahnya sedang diajarkan nyanyi lagi itu. Satu lagi yang menggelitik adalah, orang tua sesekali sebaiknya membuat puisi untuk anaknya yang juga berguna bagi anak dalam melatih kemampuannya. Tidak perlu panjang-panjang, untuk sekedar anak mengetahui tentang puisi yang berima.
Ngomong-ngomong, ulama-ulama atau ilmuwan muslim dahulu umumnya adalah seorang polymath, yaitu orang yang menguasai berbagai bidang ilmu. Ketika kita mengenal Al Biruni sebagai ahli astronomi, ternyata beliau telah hafal Quran sejak sebelum baligh, ahli fiqih, ahli geografi, matematika, sejarah, kedokteran, dan ketinggalan juga......ahli syair/sastra, terbukti dengan bukunya yang ditulis di berbagai bidang tersebut.
Saat ditanya cita-cita, anak saya menjawab banyak, dan yang agak mengagetkan adalah jawaban Fiya. Dia ingin jadi ibu rumah tangga, ingin jadi hafidzah, ingin jualan kue ulang tahun, ingin banyak menolong orang dan terakhir ingin masuk surga. Hmmmmm, sepertinya bukan tugas yang ringan untuk orang tua seperti saya yang memiliki kemampuan dan pengetahuan terbatas.
Friday, 10 April 2015
Baik atau tidak baik?
Saat ini sulit sekali menilai sesuatu itu baik atau tidak baik. Opini,
broadcast atau pemberitaan media seringkali memutarbalikkan yang baik
dan tidak baik.
Apakah kenaikan bbm, elpiji, listrik, harga-harga kebutuhan pokok atau pemblokiran situs itu baik? Akan tergantung siapa yang menilai dan memberitakan, sudut pandang/standar yang digunakan untuk menilai itu baik atau tidak baik.
Selama standar perbuatan yang digunakan berbeda, akan selalu berbeda menilai sesuatu itu baik atau tidak baik.
Pemimpin ibarat tameng bagi rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin yang baik akan membuat kebijakan yang baik. Rakyat yang baik akan selalu mendoakan agar mempunyai pemimpin yang baik.
Tidak perlu menunggu merasa baik untuk berbuat baik. Orang yang dianggap baik seringkali berbuat baik karena belum merasa baik.
Bila suatu saat merasa lelah setelah berbuat baik, ingat saja bahwa rasa lelah itu mudah hilang sedangkan nikmat surga itu abadi.
Pun bila suatu saat merasa senang berbuat tidak baik, ingat saja bahwa rasa senang itu mudah hilang sedangkan siksa neraka itu abadi.
Apakah kenaikan bbm, elpiji, listrik, harga-harga kebutuhan pokok atau pemblokiran situs itu baik? Akan tergantung siapa yang menilai dan memberitakan, sudut pandang/standar yang digunakan untuk menilai itu baik atau tidak baik.
Selama standar perbuatan yang digunakan berbeda, akan selalu berbeda menilai sesuatu itu baik atau tidak baik.
Pemimpin ibarat tameng bagi rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin yang baik akan membuat kebijakan yang baik. Rakyat yang baik akan selalu mendoakan agar mempunyai pemimpin yang baik.
Tidak perlu menunggu merasa baik untuk berbuat baik. Orang yang dianggap baik seringkali berbuat baik karena belum merasa baik.
Bila suatu saat merasa lelah setelah berbuat baik, ingat saja bahwa rasa lelah itu mudah hilang sedangkan nikmat surga itu abadi.
Pun bila suatu saat merasa senang berbuat tidak baik, ingat saja bahwa rasa senang itu mudah hilang sedangkan siksa neraka itu abadi.
Thursday, 19 March 2015
Gharizah
Setiap manusia memiliki kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi. Contohnya, bila lapar kita makan, haus lalu minum, dsb. Bila kebutuhan jasmani tidak dipenuhi, bisa sampai menyebabkan kematian. Selain itu, setiap manusia juga memiliki gharizah (naluri). Naluri ini tidak dapat 'dibunuh'/dihilangkan, bagaimanapun manusia membuat aturannya sendiri. Meskipun bila naluri tidak dipenuhi tidak akan sampai menyebabkan kematian, tetapi dapat menyebabkan kegelisahan. Pemenuhan naluri ini haruslah sesuai dengan fitrah manusia, karena kalau tidak berbagai penyimpangan dapat saja terjadi.
Naluri yang pertama adalah gharizatun baqa (naluri yang berhubungan dengan mempertahankan diri). Pengejawantahan dari naluri ini adalah kecenderungan manusia untuk mempertahankan diri ketika sedang terancam, mempertahankan pendapat atas suatu permasalahan, atau bisa juga kecenderungan untuk berkuasa, mempunyai kedudukan/status sosial yang tinggi, ingin menjadi pusat perhatian, tidak ingin disalahkan, dsb.
Naluri yang kedua adalah gharizatun nau' (naluri yang berhubungan dengan rasa kasih sayang). Dari naluri ini manusia mempunyai kecenderungan untuk sayang terhadap anak, istri/suami, ayah/ibu, ingin saling melindungi, ingin mempunyai keturunan, suka terhadap lawan jenis dsb.
Naluri yang ketiga atau yang terakhir adalah gharizatun tadayyun (naluri yang berhubungan dengan mensucikan sesuatu). Dari naluri ini, sebagai makhluk yang lemah, manusia mempunyai kecenderungan untuk mensucikan atau bergantung terhadap sesuatu yang 'Maha'. Oleh karena itu manusia membutuhkan agama, berdoa dan beribadah kepada Tuhan, merasa lemah dihadapan Pencipta, membutuhkan pertolongan-Nya, dsb. Bahkan orang atheis yang tidak beragamapun tetap mempunyai kecenderungan mensucikan sesuatu. Sebagai contoh, mendewakan Lenin, si pencetus ajaran komunis.
Islam datang untuk mengatur cara manusia memenuhi kebutuhan jasmani dan memenuhi seluruh gharizah-nya secara paripurna. Islam mengatur makanan/minuman yang layak dikonsumsi, etika makan/minum dan bagaimana cara yang baik dalam mendapatkannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Islam juga mengatur cara menyalurkan gharizahnya sesuai dengan fitrah dasar manusia. Islam memberikan tuntunan etika orang berkuasa, mempertahankan kehormatan diri dan negara. Islam juga mengatur hubungan laki-laki dan wanita serta batasan auratnya serta penyaluran rasa kasih sayang dan mempertahankan keturunan melalui ikatan perkawinan. Bisa dilihat dengan mudah, bahwa tanpa aturan yang jelas manusia memenuhi gharizatun nau' nya dengan pacaran, free sex atau perkawinan sesama jenis, sehingga manusia dikategorikan lebih menjijikan dari binatang sekalipun. Di sisi lain, ada yang melarang perkawinan sehingga bisa dipastikan aturan tersebut akan menimbulkan kegelisahan pada yang menjalankan atau bisa jadi berujung pada penyimpangan.
Begitupun, Islam mengatur tentang tata cara beribadah, siapa yang layak disembah, diikuti dan tempat bergantung, yang semuanya sesuai dengan fitrah manusia. Tanpa aturan yang jelas, manusia akan menyembah sesama manusia, menyembah atau mensucikan benda atau makhluk hidup lain untuk memenuhi gharizatun tadayyun-nya.
Naluri yang pertama adalah gharizatun baqa (naluri yang berhubungan dengan mempertahankan diri). Pengejawantahan dari naluri ini adalah kecenderungan manusia untuk mempertahankan diri ketika sedang terancam, mempertahankan pendapat atas suatu permasalahan, atau bisa juga kecenderungan untuk berkuasa, mempunyai kedudukan/status sosial yang tinggi, ingin menjadi pusat perhatian, tidak ingin disalahkan, dsb.
Naluri yang kedua adalah gharizatun nau' (naluri yang berhubungan dengan rasa kasih sayang). Dari naluri ini manusia mempunyai kecenderungan untuk sayang terhadap anak, istri/suami, ayah/ibu, ingin saling melindungi, ingin mempunyai keturunan, suka terhadap lawan jenis dsb.
Naluri yang ketiga atau yang terakhir adalah gharizatun tadayyun (naluri yang berhubungan dengan mensucikan sesuatu). Dari naluri ini, sebagai makhluk yang lemah, manusia mempunyai kecenderungan untuk mensucikan atau bergantung terhadap sesuatu yang 'Maha'. Oleh karena itu manusia membutuhkan agama, berdoa dan beribadah kepada Tuhan, merasa lemah dihadapan Pencipta, membutuhkan pertolongan-Nya, dsb. Bahkan orang atheis yang tidak beragamapun tetap mempunyai kecenderungan mensucikan sesuatu. Sebagai contoh, mendewakan Lenin, si pencetus ajaran komunis.
Islam datang untuk mengatur cara manusia memenuhi kebutuhan jasmani dan memenuhi seluruh gharizah-nya secara paripurna. Islam mengatur makanan/minuman yang layak dikonsumsi, etika makan/minum dan bagaimana cara yang baik dalam mendapatkannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Islam juga mengatur cara menyalurkan gharizahnya sesuai dengan fitrah dasar manusia. Islam memberikan tuntunan etika orang berkuasa, mempertahankan kehormatan diri dan negara. Islam juga mengatur hubungan laki-laki dan wanita serta batasan auratnya serta penyaluran rasa kasih sayang dan mempertahankan keturunan melalui ikatan perkawinan. Bisa dilihat dengan mudah, bahwa tanpa aturan yang jelas manusia memenuhi gharizatun nau' nya dengan pacaran, free sex atau perkawinan sesama jenis, sehingga manusia dikategorikan lebih menjijikan dari binatang sekalipun. Di sisi lain, ada yang melarang perkawinan sehingga bisa dipastikan aturan tersebut akan menimbulkan kegelisahan pada yang menjalankan atau bisa jadi berujung pada penyimpangan.
Begitupun, Islam mengatur tentang tata cara beribadah, siapa yang layak disembah, diikuti dan tempat bergantung, yang semuanya sesuai dengan fitrah manusia. Tanpa aturan yang jelas, manusia akan menyembah sesama manusia, menyembah atau mensucikan benda atau makhluk hidup lain untuk memenuhi gharizatun tadayyun-nya.
Si Comel
Tadi malam, di tengah makan malam bersama, tanpa sebab yang jelas tiba-tiba Fiya menutup muka dengan kedua tanggannya sambil menangis. Sampai selesai makan dia gak mau cerita penyebabnya menangis. Selesai makan, Fiya minta dipangku sambil dipeluk. Lalu kakaknya, Chacha, sambil masih menikmati dinner buatan abinya, berkata, Abi tadi waktu Chacha cerita tentang si Comel (panggilan sayang untuk adik kecilnya, Aisyah) Chacha juga hampir mau nangis.
Lho, ada apa ini koq tiba-tiba dua-duanya jadi melow.
Hari ini Ummi dan Aisyah memang saya ijinkan untuk pergi dan menginap satu malam. Si Ummi minta ijin mengajar dua hari di Serang. Ketika menerima tawaran, dikira tempatnya dekat dan bisa dijangkau dengan pulang pergi, ternyata harus menginap. Jadilah saya kasih ijin dengan catatan, Aisyah juga dibawa.
Fiya terus bilang, tadi waktu makan Fiya kangen sama Ummi. pengin makan sama Ummi. Dia terus cerita sambil terus memeluk abinya. Hmmmm, baru aja ditinggal sehari...
Jadilah untuk mengusir rasa kangen, mereka saya ajak naik motor mencari dan membeli makanan kesukaan mereka. Kembali kerumah, mereka saya kasih HP untuk telp Umminya, lalu di rumah saya ajak mengulang pelajaran Qiraati dan Iqra sampai mereka mengantuk. Sebelum tidur, Fiya minta diceritakan tentang Rasulullah. Saya ceritakan kisah seorang wanita kulit hitam yang punya penyakit ayan/epilepsi, yang minta didoakan oleh Rasulullah agar penyakitnya sembuh. Rasulullah memberi pilihan, didoakan agar penyakitnya sembuh atau dia bersabar atas penyakitnya sehingga mendapat balasan surga atas kesabarannya mempunyai penyakit itu. Wanita itu memilih bersabar, tetapi minta Rasul mendoakan agar bila penyakitnya kambuh, auratnya tidak tersingkap. Sabar. Itu sesuatu yang amat berharga yang harus dimiliki setiap orang. Cerita selesai, Fiya mengantuk dan tidak lama kemudian tertidur. Seperti biasa, setelah mata mereka terpejam, saya cium dan berdoa untuk kebaikan mereka. Setelah itu gantian, saya yang keluar air mata...Maafkan abi nak.
Sepulang kerja, saya sudah semaksimal mungkin berusaha memainkan peran sebagai seorang Ibu. Saya buatkan mereka makanan dan makan bersama; saya minta mereka sholat maghrib dan isya berdua berjamaah (sementara saya ke masjid), saya ajak mereka bermain; bersama-sama mengulang pelajaran dan menyiapkan untuk pelajaran besok, Tetapi, betapapun telah berusaha dengan keras, saya tidak akan pernah bisa menggantikan peran seorang Ibu. Bagaimanapun dekatnya mereka dengan abinya, tetap sosok Ummi yang selalu diinginkan. Seberapapun 'galaknya' ummi ke mereka, tetap saja mereka tidak rela lepas walau semalam.
Lho, ada apa ini koq tiba-tiba dua-duanya jadi melow.
Hari ini Ummi dan Aisyah memang saya ijinkan untuk pergi dan menginap satu malam. Si Ummi minta ijin mengajar dua hari di Serang. Ketika menerima tawaran, dikira tempatnya dekat dan bisa dijangkau dengan pulang pergi, ternyata harus menginap. Jadilah saya kasih ijin dengan catatan, Aisyah juga dibawa.
Fiya terus bilang, tadi waktu makan Fiya kangen sama Ummi. pengin makan sama Ummi. Dia terus cerita sambil terus memeluk abinya. Hmmmm, baru aja ditinggal sehari...
Jadilah untuk mengusir rasa kangen, mereka saya ajak naik motor mencari dan membeli makanan kesukaan mereka. Kembali kerumah, mereka saya kasih HP untuk telp Umminya, lalu di rumah saya ajak mengulang pelajaran Qiraati dan Iqra sampai mereka mengantuk. Sebelum tidur, Fiya minta diceritakan tentang Rasulullah. Saya ceritakan kisah seorang wanita kulit hitam yang punya penyakit ayan/epilepsi, yang minta didoakan oleh Rasulullah agar penyakitnya sembuh. Rasulullah memberi pilihan, didoakan agar penyakitnya sembuh atau dia bersabar atas penyakitnya sehingga mendapat balasan surga atas kesabarannya mempunyai penyakit itu. Wanita itu memilih bersabar, tetapi minta Rasul mendoakan agar bila penyakitnya kambuh, auratnya tidak tersingkap. Sabar. Itu sesuatu yang amat berharga yang harus dimiliki setiap orang. Cerita selesai, Fiya mengantuk dan tidak lama kemudian tertidur. Seperti biasa, setelah mata mereka terpejam, saya cium dan berdoa untuk kebaikan mereka. Setelah itu gantian, saya yang keluar air mata...Maafkan abi nak.
Sepulang kerja, saya sudah semaksimal mungkin berusaha memainkan peran sebagai seorang Ibu. Saya buatkan mereka makanan dan makan bersama; saya minta mereka sholat maghrib dan isya berdua berjamaah (sementara saya ke masjid), saya ajak mereka bermain; bersama-sama mengulang pelajaran dan menyiapkan untuk pelajaran besok, Tetapi, betapapun telah berusaha dengan keras, saya tidak akan pernah bisa menggantikan peran seorang Ibu. Bagaimanapun dekatnya mereka dengan abinya, tetap sosok Ummi yang selalu diinginkan. Seberapapun 'galaknya' ummi ke mereka, tetap saja mereka tidak rela lepas walau semalam.
Saturday, 14 February 2015
Cinta semu di V-day
Hari ini masih saja sebagian besar orang merayakan apa yang mereka sebut hari kasih sayang. Meskipun mungkin punya motivasi masing-masing yang boleh jadi tidak sama, tapi fakta menunjukkan bahwa pada hari tersebut banyak digunakan sebagai ajang perzinahan. Sedikitnya lima walikota melarang warganya merayakan valentine day sambil men-sweeping minmarket yang kedapatan memajang coklat dengan minuman keras dan kondom. Lebih miris lagi ketika hotel kelas melati di beberapa tempat diisi oleh bukan pasangan suami istri. naudzubillah.
#Cinta semu
#Cinta semu
Telah menjadi dasar perayaan itu
Dibungkus dengan berbagai kata dan rayu
Yang hanya berisi hawa nafsu
Dibungkus dengan berbagai kata dan rayu
Yang hanya berisi hawa nafsu
Sama halnya dengan #Cinta buta
Menghantui siapapun yang gelap mata
Tidak peduli jebakan setan yang menggoda
Seolah tak ada lagi iman di dada
Menghantui siapapun yang gelap mata
Tidak peduli jebakan setan yang menggoda
Seolah tak ada lagi iman di dada
#Cinta mulia
Akan hadir tepat pada waktunya
Meski tak tahu pasti kapan masanya
Karna salah satu rahasia Sang Pencipta
Akan hadir tepat pada waktunya
Meski tak tahu pasti kapan masanya
Karna salah satu rahasia Sang Pencipta
Begitupun #Cinta sejati
Akan tiba suatu saat nanti
Tak ada kata terlambat atau terlalu dini
Sepanjang syarat sah terpenuhi
Akan tiba suatu saat nanti
Tak ada kata terlambat atau terlalu dini
Sepanjang syarat sah terpenuhi
Demikian juga #Cinta suci
Akan datang dan menghampiri
Menantinya dengan memantaskan diri
Terus merayu Yang Maha Pemberi
Akan datang dan menghampiri
Menantinya dengan memantaskan diri
Terus merayu Yang Maha Pemberi
Sehingga #Cinta terindah
Dapat berharap agar dipermudah
Seperti yang dilalui oleh Siti Fatimah
Atau jalan yang ditempuh Ibunda Khadijah
Dapat berharap agar dipermudah
Seperti yang dilalui oleh Siti Fatimah
Atau jalan yang ditempuh Ibunda Khadijah
Dan akhirnya #Cinta tertinggi
Sesungguhnya yang harus dimiliki
Dipersembahkan pada Zat Yang Maha Suci
Karena Dia-lah tempat kembali
Sesungguhnya yang harus dimiliki
Dipersembahkan pada Zat Yang Maha Suci
Karena Dia-lah tempat kembali
Wednesday, 21 January 2015
Memerangi kemalasan
Alhamdulillah, bisa kembali membuka blog yang sudah beberapa bulan tidak di update. Tidak ada dan tidak boleh ada alasan lain selain memang M.A.L.A.S. Sibuk sejatinya bukanlah alasan untuk menulis, pun juga ide-ide bukannya tidak ada. Kemalasan memang sesuatu yang harus diperangi dan ditaklukan.
Ada beberapa penyebab kemalasan yang setidaknya berhasil diidentifikasi. Pertama, tingkat stres yang bisa disebabkan karena banyaknya masalah, beban pekerjaan dan kurang percaya diri menghadapi hal baru. Stres yang berkepanjangan menyebabkan seseorang malas melakukan suatu aktifitas hingga persoalan yang dihadapi dianggap selesai atau minimal mereda. Kedua, enggan membaca dan mendengar. Tentu saja membaca dan mendengar hal-hal yang positif. Membaca dapat membuka wawasan dan pengetahuan sedangkan mendengar membuat banyak informasi bermanfaat masuk. Ketiga, kurang melakukan aktifitas berpikir. Ini biasanya terjadi ketika membaca dan mendengar tidak lagi menjadi kebiasan.
Setidaknya hal-hal itulah yang menyebabkan penurunan sangat tajam aktifitas menulis di blog ini. Karena itu, ketiga penyebab di atas akan coba diatasi dengan cara berikut. Pertama, tidak menjadikan pekerjaan rutin sebagai sebuah beban yang dapat memicu tingkat stres. Bekerja dalam sebuah tim tidak hanya membutuhkan kemampuan teknis, tapi juga kemampuan manajerial seperti kemampuan komunikasi yang baik, pendelegasian tugas, membangun hubungan dsb. Kedua kemampuan tersebut perlu terus diasah agar semakin tajam.
Kedua, menambah daftar bacaan dan mengikuti kajian. Gadget telah membuat kebiasaan membaca diperjalanan menjadi menurun drastis. Membaca status di FB/twitter atau berita di internet seringkali melalaikan dari membaca kitab suci dan buku-buku bermutu. Menaruh buku di tas mungkin bisa menjadi solusi. Saat ini mengikuti kajian sebenarnya tidak harus hadir, meskipun akan jauh lebih baik bila duduk di majelis taklim. Setidaknya bisa juga memilih kajian yang berbobot yang banyak tersebar di youtube.
Bila kedua hal diatas bisa menjadi solusi, maka permasalahan ketiga Insya Allah lebih mudah diatasi. Dengan banyaknya informasi positif yang masuk, aktifitas berpikir seharusnya bisa dilakukan. Sesuai dengan tujuan blog ini "menulis untuk mengikat ilmu agar bermanfaat hingga akhir waktu", memerangi kemalasan harus dilakukan setiap saat, karena kemasalan tidak akan pernah benar-benar selesai ditaklukan.
Ada beberapa penyebab kemalasan yang setidaknya berhasil diidentifikasi. Pertama, tingkat stres yang bisa disebabkan karena banyaknya masalah, beban pekerjaan dan kurang percaya diri menghadapi hal baru. Stres yang berkepanjangan menyebabkan seseorang malas melakukan suatu aktifitas hingga persoalan yang dihadapi dianggap selesai atau minimal mereda. Kedua, enggan membaca dan mendengar. Tentu saja membaca dan mendengar hal-hal yang positif. Membaca dapat membuka wawasan dan pengetahuan sedangkan mendengar membuat banyak informasi bermanfaat masuk. Ketiga, kurang melakukan aktifitas berpikir. Ini biasanya terjadi ketika membaca dan mendengar tidak lagi menjadi kebiasan.
Setidaknya hal-hal itulah yang menyebabkan penurunan sangat tajam aktifitas menulis di blog ini. Karena itu, ketiga penyebab di atas akan coba diatasi dengan cara berikut. Pertama, tidak menjadikan pekerjaan rutin sebagai sebuah beban yang dapat memicu tingkat stres. Bekerja dalam sebuah tim tidak hanya membutuhkan kemampuan teknis, tapi juga kemampuan manajerial seperti kemampuan komunikasi yang baik, pendelegasian tugas, membangun hubungan dsb. Kedua kemampuan tersebut perlu terus diasah agar semakin tajam.
Kedua, menambah daftar bacaan dan mengikuti kajian. Gadget telah membuat kebiasaan membaca diperjalanan menjadi menurun drastis. Membaca status di FB/twitter atau berita di internet seringkali melalaikan dari membaca kitab suci dan buku-buku bermutu. Menaruh buku di tas mungkin bisa menjadi solusi. Saat ini mengikuti kajian sebenarnya tidak harus hadir, meskipun akan jauh lebih baik bila duduk di majelis taklim. Setidaknya bisa juga memilih kajian yang berbobot yang banyak tersebar di youtube.
Bila kedua hal diatas bisa menjadi solusi, maka permasalahan ketiga Insya Allah lebih mudah diatasi. Dengan banyaknya informasi positif yang masuk, aktifitas berpikir seharusnya bisa dilakukan. Sesuai dengan tujuan blog ini "menulis untuk mengikat ilmu agar bermanfaat hingga akhir waktu", memerangi kemalasan harus dilakukan setiap saat, karena kemasalan tidak akan pernah benar-benar selesai ditaklukan.
Subscribe to:
Posts (Atom)